SURABAYA : Parade Surabaya Juang dimulai dengan penampilan drama teatrikal. Suasana yang menggambarkan perjuangan Arek-arek Suroboyo melawan Tentara Sekutu, pada 10 November 1945. Suara sirine berbunyi.
Adegan pertama menampilkan empat orang Tentara belanda menyetop dua Tentara Indonesia yang sedang naik motor. Dilanjutkan dengan adegan penyebaran poster yang berisi ultimatum dari Tentara Sekutu kepada Arek-arek Suroboyo, untuk menyerahkan senjata usai tewasnya Brigjen Mallaby.
Dalam drama itu, Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya memerankan Bung Tomo Pahlawan Surabaya dalam pertempuran bersejarah 10 November.
“Enak ae Suroboyo kate dijajah maneh, ayo kemerdekaan sing wes diproklamasikno 17 Agustus diperhatankan (enak aja Surabaya mau dijajah lagi, ayo kemerdekaan yang sudah diproklamasikan 17 Agustus dipertahankan),” ujar Eri.
Tidak lama berselang, perang antara Arek-arek Suroboyo dan Tentara Sekutu pun pecah. Adegan menampilkan baku tembak antara Pasukan Sekutu dengan Tentara Indonesia. Letupan kembang api yang diluncurkan sebagai simbol peperangan, membuat suasana di Jalan Pahlawan seakan penuh tembakan peluru.
Adegan perang menggambarkan Tentara Indonesia yang mampu mendominasi medan tempur, dan membuat Tentara Sekutu terdesak. Di akhir adegan peperangan, juga diperlihatkan adegan Arek-arek Suroboyo yang berjatuhan. Sambil diiringi pembacaan puisi, para aktor yang memerankan korban perang ditutupi dengan kain berwarna merah dan putih sebagai simbol penghormatan.
“Seluruh Arek Surabaya, kita mengenang 10 November 1945 di mana para pejuang berjuang tanpa pamrih tanpa mengenal ras, etnis, dan agama,” ucap Eri.
Setelah drama teatrikal usai, Wali Kota Surabaya secara simbolis membuka gelaran Parade Surabaya Juang dengan penyerahan bendera merah putih.
(ADI)