SURABAYA: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mencatat ada 23 dari 38 kabupaten/kota di Jatim mengalami kekeringan. Dari jumlah itu, 232 kecamatan dan 699 desa/kelurahan mengalami kering kritis.
"Kekeringan kritis maksudnya adalah, kondisi kekeringan yang jarak lokasi rumah warga dengan sumber air lebih dari 3 Km," kata Kepala Pelaksana BPBD Jatim, Budi Santosa, saat dikonfirmasi, Kamis, 30 September 2021.
Budi tak memerinci 23 daerah yang dilanda kekeringan tersebut. Menurutnya, sebagian besar daerah yang kekeringan berada Kawasan Tapal Kuda. Meliputi Kabupaten Lumajang, Sitobondo, Pasuruan, Bondowoso, Banyuwangi, dan Probolinggo.
BACA: Keluar Hutan, Kera Liar Cakar Warga Magetan
Daerah lainnya yakni Kabupaten Jember, Jombang, Nganjuk, Pacitan, Ponorogo, Ngawi, dan Madiun. Selanjutnya Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Bangkalan, Sumenep, Sampang, dan Pamekasan.
Dari 23 kabupaten/kota tersebut, daerah terbanyak kekeringan berada di Kabupaten Pacitan. Di mana terdapat 115 desa di daerah setempat mengalami kekeringan. Lalu disusul Kabupaten Sampang sebanyak 78 desa dan Bangkalan 69 desa.
"Sampai saat ini, sudah ada tujuh kabupaten mengajukan bantuan air bersih ke Pemprov Jatim. Yakni Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Ngawi, Pacitan, Mojokerto dan Pasuruan," jelas Budi.
Ada dua dampak yang biasa terjadi pada musim kemarau, yakni kekeringan dan kebakaran hutan. BPBD pun telah menyiapkan antisipasi jangka panjang, menengah, dan pendek.
Untuk jangka panjang, pihaknya saat ini tengah berupaya menurunkan hotspot atau titik panas, sedangkan jangka pendek dengan membuat tandon air untuk menjaga suplai dan pengiriman air. Ia mengeklaim hal itu menjadi langkah efektif dalam mengatasi kekeringan secara cepat.
"Kami juga terus menyiapkan waduk dan sumur bor sebagai langkah jangka menengah," ujarnya.
(TOM)