MALANG : Tak punya uang tapi tetap ingin menikmati kopi?, datang ke Malang. Ada sebuah kafe yang menawarkan secangkir kopi tanpa membayar pakai uang. Pengunjung atau penikmat kopi cukup menukarkan sejumlah sampah plastik. Penasaran?
Salah satu kedai kopi yang menerima penukaran sampah anorganik dengan voucher diskon kopi yakni Vosco Coffe, di Jalan Simpang Borobudur, Blimbing, Kota Malang. Masyarakat Kota Malang mengumpulkan sampah yang telah dipilih dan yang menyetorkan berhak mendapat voucher diskon dan sejumlah promo menarik di empat kedai kopi di Malang. Begitulah kampanye kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh komunitas anak muda di Malang.
Terlihat pada Selasa 28 September 2021 siang hingga menjelang sore, beberapa anak muda antusias menukarkan sampah - sampah anorganik berupa plastik, botol make-up, hingga kertas, yang telah dibersihkan. Seorang warga bernama Anisa Ramadhani mengatakan, dia tertarik menukarkan sampah-sampah yang dikumpulkannya, demi menjaga lingkungan. Apalagi dia pribadi memang rutin mengumpulkan dan memilah-milah sampah anorganik, kemudian diberikan kepada bank sampah di tingkat RW.
"Ada info ini ya unik akhirnya saya coba kumpulkan dan packing beberapa sampah skin care, botol - botol bekas parfum, bekas bodi lotion, dan plastik air mineral. Setelah itu saya setorkan ke sini untuk ditukar voucher diskon pembelian kopi," ujar Anisa Ramadhani.
Baca Juga : Pedagang Kelontong Beli Mobil Pakai Uang Receh, Hasil Nabung 3 Tahun!
Menurutnya, program penukaran sampah anorganik dengan voucher diskon kopi dan makanan lain di beberapa kedai kopi, bisa menggugah anak muda untuk peduli lingkungan, utamanya pengelolaan sampah.
"Tadi nggak ada batasannya, ada sedikit-sedikit saya kumpulkan. Caranya untuk juga untuk mengedukasi masyarakat sadar sampah plastik," katanya.
Di sisi lain Head Koordinator iLitterless Ence Adinda Dianasta Almas mengungkapkan, gerakan menukar sampah anorganik dengan voucher makanan gratis dan potongan harga, berawal dari keresahan dirinya dan teman-teman komunitas lain akan banyaknya sampah anorganik yang belum dimanfaatkan maksimal. Padahal sampah itu bisa bernilai ekonomis.
"Berawal dari keresahan pribadi dan sudah menerapkan secara personal. Selain itu rumah saya juga dekat dengan bank sampah, kami coba edukasi di Instagram, ternyata responsnya kurang antusias, karena bank sampah nggak ada fasilitas pick-up dan harus mengumpulkan sampah sebanyak 50 kilogram. Akhirnya kami inisiatif buat acara ini untuk merecovery dan memilih sampah kerjasama dengan bank sampah," ujarnya.
Ence menjelaskan, bila langkah edukasi dilakukan mulai ke kedai - kedai kopi dan pengelola makanan dan restoran. Harapannya para anak - anak muda yang biasanya nongkrong dan ngopi bisa ikut tergugah mengelola sampah.
"Kami mengajak masyarakat mulai memilah memilih sampahnya mulai kertas, kardus, plastik, botol, pokok yang anorganik. Nanti bisa ditukarkan di empat kedai yang sudah bekerjasama Vosco Coffe, Fugu Coffe, Semat Space, Equal Coffe. Nanti kami akan tukarkan sampahnya, kita kasih free item dan diskon, mulai dari voucher pemotongan harga, produk-produknya variatif, mendapat pembatas buku. Diharapkan bisa meningkatkan masyarakat memilah memilih sampah," tuturnya.
Sementara itu Owner Vosco Coffe Hendi Suryo Laksono menyambut antusias dan mendukung langkah anak-anak muda dalam pengelolaan sampah anorganik. Apalagi dia pribadi menjadi bagian dari komunitas tersebut selama ini kerap kali dibuat bingung mengelola sampah-sampah anorganik.
"Selama ini langsung dibuang, sehingga ada perasaan bersalah. Volumenya tergantung penjualan, selama PPKM memang turun tapi sebelum PPKM sehari bisa 6 - 7 kresek besar, belum termasuk jelantah. Biasanya langsung dibuang ke petugas kebersihan," katanya.
Dirinya berharap adanya iming-iming dari gerakan memanfaatkan sampah anorganik bisa mendorong kesadaran anak muda, turut mengelola sampah-sampah anorganik. "Dengan ini saya rasa harus ada yang dibenahi, kalau kopi bagian dari gaya hidup, ingin memasukkan pilah dan sortir sampah bagian dari gaya hidup. Anak muda setiap hari ngopi, seharusnya ngopi di rumah punya gaya hidup agar dapat mengelola sampah anorganik ini," kata dia.
(ADI)