MALANG : Status pandemi covid-19 menjadikan seluruh aktifitas masyarakat terganggu bahkan terhenti. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap sektor ekonomi dan pariwisata. Salah satu pihak yang merasakan imbas langsung adalah pengusaha armada bus pariwisata.
Status lockdown bagi usahanya, memaksa Romy Yudha memutar otak. Demi mendapatkan pundi-pundi rupiah, sejumlah busnya disulap menjadi kafe berjalan.
"Selain menikmati kopi, pengunjung kafe ditawarkan mengelilingi kawasan iconik mengenalkan sejarah Kota Malang," ungkapnya.
Normalnya, deretan kursi penumpang berjumlah 50-an tersebut seluruhnya menghadap ke depan. Namun demi mewujudkan konsep kafe ini, pihak manajemen mengubahnya menjadi berhadapan serta mengurangi jumlah kursi yang ada. Sebuah meja kecil, dipasang di antara 2 kursi yang berhadapan tersebut.
Bagi konsumen yang ingin merasakan sensasi kafe berjalan ini, mereka diwajibkan melakukan reservasi secara daring, melalui akun instagram dan membayar tiket sebesar Rp 50 ribu per orang untuk sekali trip.
Selama berada di kafe berjalan ini, mereka wajib melaksanakan protokol kesehatan, mulai dari mencuci tangan, mengukur suhu tubuh, mengenakan masker dan menjaga jarak. Untuk 1 meja, hanya dapat di isi 2 penumpang dan duduk menyilang.
Selain mendapatkan minuman dan makanan, pengunjung dapat merasakan sensasi berkendara menggunakan armada bus pariwisata di dalam kota. Jalur yang dilalui pun dipilih tempat-tempat bersejarah Kota Malang.
"Selama 60 hingga 90 menit, kafe bus bakal berjalan menyusuri kawasan Sukarno Hatta, Borobudur, Bengawan Solo, Rampal, Stasiun kota baru, Alun-alun Tugu, Lapangan Merdeka, Jalan Ijen dan Taman Makam Pahlawan," kata Romy
Bagi konsumen, inovasi bus kafe ini sangat menarik untuk dicoba. Selain dapat menikmati minuman dan hidangan di dalam bus, mereka juga mendapatkan pengetahuan sejarah disepanjang perjalanan.
"Ada Seorang pemandu wisata yang membagikan sejumlah informasi terkat lokasi-lokasi ikonik Kota Malang, ini seru sich. Apalagi di tengah pandemi seperti ini," ungkap salah satu konsumen, Cici Putri.
Romy menambahkan sebelumnya lembaran rupiah sangat gampang mereka dapatkan dari menyewakan bus pariwisata kepada instansi pemerintah, swasta, komunitas, anak sekolah hingga kalangan pribadi ke berbagai aktifitas dan tujuan.
"Namun sejak sektor pariwisata ditutup, laju bus otomatis terhenti, pembatalan perjanjian kontrak dengan konsumen selama 4 bulan terakhir. Kami merugi hingga miliaran," terangnya.
Dengan inovasi bus kafe ini, pihaknya berharap mampu memberikan sedikit pemasukan, minimal menjadi ajang pemanasan sebelum sektor periwisata kembali dibuka sepenuhnya dan berjalan seperti biasa.
(ADI)