JAKARTA: Syarat utama puasa tidak hanya menahan diri dari makan dan minum saja. Selain itu, masih ada banyak hal yang bisa membatalkan puasa.
Menurut para ulama, memasukkan benda apa pun ke dalam anggota tubuh melalui rongga terbuka dapat membatalkan puasa. Seperti mulut, lubang kemaluan, lubang anus, lubang hidung, dan lubang telinga.
Akan tetapi, rasa sakit pada tubuh terkadang datang tanpa diduga. Misal seperti sakit telinga atau mata yang mengharuskan seseorang untuk segera mengobatinya.
Namun, apakah boleh meneteskan obat ke dalam telinga atau mata saat seseorang berpuasa? Dikutip dari Oase.id, berikut dua pendapat yang berbeda perihal obat tetes yang dimasukkan ke dalam telinga.
Syekh Khathib al-Syarbini dalam al-Iqna’ Hamisy Tuhfah al-Habib mengatakan bahwa:
"Meneteskan cairan ke rongga dalam telinga membatalkan puasa." (Syekh Khathib al-Syarbini dalam al-Iqna’ Hamisy Tuhfah al-Habib)
BACA: Stop Gabut Jelang Berbuka, 4 Kegiatan Ngabuburit Asyik
Namun hal ini dikecualikan jika dalam keadaan darurat, dan kondisi akan pulih dengan alat tetes tersebut.
Sebagaimana Syekh Habib Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi mengatakan:
"Bila seseorang dicoba dengan rasa sakit di telinganya, ia tidak bisa tenang kecuali dengan meletakkan obat di dalam minyak atau kapas (ke dalam telinga) dan nyata-nyata dapat meringankan atau menghilangkan rasa sakit dengan obat tersebut, berdasarkan pengetahuan pribadi atau informasi dokter, maka hal demikian boleh dan sah puasanya, karena darurat." (Syekh Habib Abdurrahman bin Muhammad Ba’alawi)
Pendapat ini sesuai dengan kaidah fiqih al-dlarurat tubihu al-mahdhurat atau kondisi darurat membolehkan hal-hal yang semula diharamkan.
Berbeda dengan memakai obat tetes mata. Ini justru dibolehkan dan tidak membatalkan puasa karena lubang mata tidak memiliki jalur penghubung sampai ke tenggorokan. Masuknya sesuatu ke dalam tenggorokan tidak melalui lubang mata, melainkan melalui pori-pori tubuh.
Syekh Muhammad bin Ahmad al-Raml berkata:
"Dan tidak bermasalah memakai celak mata, meski ditemukan rasanya celak di tenggorokan, sebab tidak ada akses penghubung dari mata ke tenggorokan. Yang sampai di tenggorokan adalah dari pori-pori." (Syekh Muhammad bin Ahmad al-Raml)
(UWA)