JOMBANG : Bulan Ramadan membawa berkah tersendiri bagi pengusaha janggelan atau cincau hitam. Semenjak memasuki bulan puasa, permintaan janggelan meningkat tajam. Permintaan itu bukan hanya dari Jombang, tapi juga luar daerah semisal Kabupaten Nganjuk.
Hal itu salah satunya dialami oleh Senen (63), pengusaha janggelan di Dusun Bra’an, Desa/Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang. Mulai awal Ramadan, ada kesibukan yang luar biasa di rumah warga Dusun Braan ini. Selepas subuh, produksi janggelan dimulai. Tempatnya di ruangan rumah bagian belakang.
Di tempat tersebut ada tempat khusus untuk membuat janggelan. Karena permintaan tinggi, Senen memperkerjakan empat orang untuk produksi. “Mulai produksi setelah subuh, sampai sore. Bisa tujuh kali masak,” kata Agus (39), anak dari Senen ketika ditemui saat melakukan pengemasan janggelan, Selasa 5 April 2022.
Agus menjelaskan, dibanding hari biasa, ada peningkatan berlipat-lipat dalam memproduksi janggelan. Pada hari biasa, sekali masak digunakan untuk empat hari. Sedangkan mulai Ramadan, dalam sehari bisa enam hingga tujuh kali masak.
“Sekali masak itu menghasilkan 20 blek (kaleng besar). Jadi kalau bulau puasa seperti ini kita menghabiskan 120 blek dalam sehari. Satu kaleng beratnya 18 Kg. Padahal kalau hari biasa sekali masak atau 20 blek itu untuk empat hari,” kata Agus sembari menunjukkan deretan kaleng besar berisi janggelan.
Baca juga : Unair Bangun Tower Fakultas Vokasi di Gresik
Agus mengatakan, usaha yang digeluti orangtuanya sudah berlangsung lama, yakni pada era 1980-an. Semakin hari, usaha tersebut semakin berkembang. Oleh sebab itu, ada ruangan khusus di belakang rumah untuk memproduksi janggelan.
Menurut Agus, memproduksi janggelan membutuhkan proses yang panjang. Berawal dari mendatangkan bahan baku, yakni daun janggelan dari luar daerah. Daun tersebut kemudian direbus menggunakan kuali besar hingga mendidih.
“Lalu disaring dan airnya direbus lagi. Terakhir kita masukkan dalam kaleng besar hingga mengental seperti agar-agar. Nah, inilah yang kita jual. Biasanya digunakan untuk es cincau dan sejenisnya,” kata bapak tiga anak ini.
Ketika sore hari, kaleng-kaleng berisi janggelan tersebut berderet di teras rumah milik keluarga Senen. Para pelanggan akan datang untuk mengambilnya. Selain itu, janggelan yang sudah dikemas itu juga dikirim ke pasar Kertosono.
“Paling banyak ke wilayah Nganjuk. Semisal dari Kecamatan Lengkong dan Patianrowo. Mereka mengambil ke sini biasanya. Kalau yang di pasar Kertosono kita antar,” pungkasnya.
(ADI)