BALI : Sekertaris Jendral Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, angkat bicara mengenai informasi tentang maraknya hotel di Bali yang dijual. Dikabarkan puluhan hotel bintang dua sampai bintang lima di Bali dijual dengan harga Rp40 miliar hingga Rp1,5 triliun. Beberapa diantaranya merupakan hotel yang berada di kawasan mewah di Bali, seperti di Nusa Dua.
Menurut Maulana, informasi itu sangat mungkin terjadi karena banyak pengelola atau pemilik hotel yang tidak bisa bertahan akibat dampak pandemi covid-19. Dia mengugkapkan, pandemi covid-19 membuat sektor pariwisata yang menjadi sumber pendapatan terbesar di Bali menjadi terpuruk. Hal itu, tentu berimbas pada okupansi dan operasional hotel di Bali, yang menjadi satu destinasi yang didominasi oleh wisatawan mancanegara (wisman).
"Apakah banyak hotel di Bali yang dijual, pasti ada, karena kan kita bisa melihat sendiri, dan publik juga bisa melihat di market place itu banyak hotel yang dijual," kata Maulana, Kamis 2 September 2021.
Meski enggan menyebutkan soal data hotel yang dijual, Ketua PHRI menyebut situasi sulit saat ini membuat banyak pemilik dan pengelola hotel di Bali tak bisa bertahan, sehingga pilihan terakhir yang dilakukan adalah menjual hotel mereka.
BACA JUGA : Mobil Terbang Buatan China Mendarat di Jakarta, Segini Harganya
Dia menjelaskan, Bali merupakan destinasi yang setiap tahunnya memberikan kontribusi kunjungan wisman itu sekitar 6 juta wisatawan. Sementara dari sisi okupansi hotel, kontribusi wisman mendominasi dengan angka 70 persen dibandingkan dengan wisatawan nusantara yang hanya 30 persen.
"Kalau kita bicara dari okupansi, kontribusi dari sisi wismannya itu 70 persen, berarti kalau wisatawan nusantara kita suruh masuk semua ke Bali pun tidak akan pernah cukup kan," imbuhnya.
Selain itu, jika hanya mengharapkan wisatawan nusantara yang hanya 30 persen, konsisi tetap sulit untuk menopang biaya kerugian hotel yang didominasi 70 persen oleh wisman. "Sementara, wisnus yang hanya 30 persen dan kita harapkan mengisi pun, kan banyak kendala juga, kendalanya kita kan juga banyak pembatasan-pembatasan terkait kebijakan untuk mobilitas orang," tutur Maulana.
Apalagi berbagai syarat bepergian masih dinilai menjadi kendala bagi wisatawan untuk berkunjung ke Bali, sehingga tentu dampaknya sangat terasa bagi pemilik hotel maupun pelaku usaha kuliner dan kerajinan yang berlokasi destinasi wisata. "Seperti syarat PCR, testing covid, sekarang juga ditambah syarat vaksin dan seterusnya, hal-hal tersebut yang kalau kita bicara pasar, menjadi kendala sebenarnya," ujar Maulana.
(ADI)