Antisipasi Hoaks, Diskominfo Jatim Gelar Literasi Demokrasi Digital Pilkada Asyik

Foto : Diskominfo Jatim saat gelar Literasi Demokrasi Digital Pilkada Asyik. (angel) Foto : Diskominfo Jatim saat gelar Literasi Demokrasi Digital Pilkada Asyik. (angel)

Tuban: Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Timur mengadakan Literasi Demokrasi Digital (LDD) Tahun 2024 mengusung tema "Pilkada? Dibikin Asyik Aja" di Malang Creative Center pada Rabu, 17 Juli. Forum diskusi ini menghadirkan Kepala Humas Universitas Bhayangkara Surabaya, Fitria Widiyani Roosinda, dan komika asal Kediri, Wawan Setiawan. 

Sebanyak 100 pejabat dan pranata humas dari 38 kabupaten/kota tampak antusias mengikuti kegiatan hingga selesai. Kepala Diskominfo Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin, menyatakan kegiatan ini upaya meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat. 

Indeks literasi digital Jawa Timur sendiri berada di angka 3,58. Masuk kategori sedang dan sedikit di atas indeks nasional di angka 3,54.

"Kami terus berupaya mempersempit gap antarkelompok masyarakat," ujar Sherlita dikutip dari laman resmi pemerintah Tuban, Rabu, 17 Juli 2024.

Lebih lanjut, angka literasi digital tersebut diperkuat dengan tingginya jumlah masyarakat yang tidak bisa membedakan berita bohong. Berdasarkan survei yang dilakukan, sebanyak 32 persen masyarakat belum bisa mengenali hoaks. Hanya 23 persen yang mampu mengetahui karakteristik berita bohong dan hoaks, sementara sisanya masih ragu dalam mengidentifikasi perbedaan informasi valid dengan berita bohong.

Sherlita menjelaskan bahwa pada tahun 2021, persentase pertumbuhan hoaks mencapai 22,7 persen. Angka tersebut terus meningkat menjadi 32,2 persen pada tahun 2022 dan 55,5 persen pada tahun 2023.

"Salah satu momen yang memicu tumbuhnya hoaks adalah saat Pemilu. Karenanya, harus benar-benar diantisipasi," jelasnya.

Kabid IKP Diskominfo Jatim, Putut Darmawan, menyebutkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada Pilkada mendatang. Terutama menggugah minat dan perhatian generasi milenial agar Pemilu terasa menyenangkan, sehingga mereka tidak golput dan mau menyalurkan hak politiknya.

Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hoaks dan berita bohong yang sering muncul selama rangkaian Pemilu. "Harapannya, mampu mengidentifikasi ciri-ciri berita bohong atau hoaks, maupun berita valid," kata Putut.


(SUR)

Berita Terkait