Kapal autonomous ini dapat dijalankan dengan kombinasi teknologi berbasis artificial intelligence dan internet of things, Diluncurkan oleh Rektor ITS, Mochamad Ashari, disaksikan oleh Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi secara virtual.
Produk inovasi ini bakal menambah jajaran karya inovasi ITS sebelumnya, seperti robot RAISA dan intelligent Car (i-Car). Indonesia merupakan negara maritim dengan 17 ribu pulau dan luas wilayah perairan seluas 3,25 juta kilometer persegi.
Kondisi itu membuat peranan angkutan laut sangatlah vital sebagai pemersatu bangsa. Sesuai kebutuhan tersebut, i-BOAT hadir dengan maksud memenuhi fungsi yang dibutuhkan di aspek kemaritiman saat ini, khususnya untuk manusia. Seperti untuk penyelamatan, pemenuhan logistik di pulau-pulau yang membutuhkan bantuan, dan fungsi pertahanan dan keamanan.
Produk i-BOAT ini berhasil direalisasikan melalui kerja sama 10 judul penelitian dengan pendanaan dan koordinasi dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS dan Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi (DIKST) ITS. Selanjutnya, DRPM membentuk konsorsium penelitian yang melibatkan Sembilan departemen teknik dan dua klaster Sains Tekno Park (STP), yaitu STP–Kluster Inovasi TIK dan Robotika dan STP–Kluster Maritim.
Manajer Klaster Maritim-STP ITS, Tri Achmadi menjelaskan cara kerja i-Boat. Kapal ini dikendalikan oleh operator yang bersangkutan. Dari sisi fitur operasional, i-BOAT ini dirancang dapat diperintah untuk menuju lokasi koordinat tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya.
“Jika terdapat koneksi internet di wilayah operasionalnya, pengguna dapat menggunakan i-BOAT ini melalui aplikasi user interface, baik yang bersifat web-based maupun yang beroperasi melalui gadget android (smartphone),” papar Tri, dalam keterangan tertulis, Rabu, 30 September 2020.
Berdasarkan perintah operator, lanjutnya, i-BOAT akan berlayar menuju sasaran koordinat yang diinginkan. I-Boat juga mempunyai kelebihan berupa tahan ombak dan dapat bertahan di segala cuaca.
Dalam pengembangan penelitian tahap berikutnya, i-BOAT ini akan memiliki fitur berupa pemanggilan dan penetapan koordinat tujuan yang dapat dilakukan untuk areal laut yang lebih luas.
“Jika ada korban tenggelam atau butuh pertolongan, kamera dan sistem autonomous akan langsung bisa mendeteksi dan menghampiri korban secara otomatis,” beber dosen yang juga ditunjuk sebagai koordinator konsorsium penelitian i-BOAT tersebut.
Tri melanjutkan, semua fungsi di atas dapat dilakukan karena i-BOAT dilengkapi dengan berbagai sensor mulai dari pemanfaatan Global Positioning System (GPS) dengan ketelitian tinggi. Kemudian digabungkan dengan kamera beresolusi tinggi guna pengumpulan data sebagai bagian dari big data analysis, lalu diproses oleh komputer berspesifikasi tinggi yang tertanam di dalam kapal.
Dengan beragam sensor tersebut, kapal pintar i-BOAT akan mempunyai kemampuan akselerasi, navigasi dan mendeteksi kondisi lingkungan, termasuk kemampuan menghindari halangan dan melakukan pergerakan, secara otonom. “Bahkan saat mendekati korban yang akan diselamatkan, kapal ini akan memperlambat kecepatannya untuk menjaga keamanan korban,” papar dosen Departemen Teknik Transportasi Laut ini.
Apabila dilihat dari sisi teknologi platform kapal, lanjut Tri, i-BOAT adalah sebuah kapal Single Hull berbahan aluminium Marine Grade yang mempunyai panjang LOA=4,7 meter, lebar B=2,08 meter, tinggi H=0,75 meter dan Sarat T=0,4 meter. Kapal ini didesain mampu untuk mengangkut beban enam orang atau setara 600 kilogram.
Ia juga ampu melaju dengan kecepatan normal 10 knots di radius area kerja 1 mil, dan mampu bekerja selama empat jam dengan dukungan tangki BBM 75 liter. Yang membedakan dengan kapal lainnya adalah aspek elektroniknya.
Karena menggunakan sistem autonomous, kapal yang mempunyai berat kosong 415 kilogram ini mempunyai kemampuan automatic start, automatic control dan remotely controlled, termasuk juga dapat diubah kembali ke manual control.
Sementara itu, Rektor ITS menambahkan, i-Boat mempunyai jangkauan jarak hingga 10 kilometer dari operatornya. Selanjutnya, layaknya mobil, kapal yang dirancang selama enam bulan ini akan terus melakukan regenerasi dan perkembangan dari desain dan fiturnya.
Berkat kerja sama 41 tenaga ahli mencakup Profesor, Doktor, Master dan mahasiswa dari berbagai bidang kompetensi keilmuan di ITS, i-BOAT sudah siap untuk dioperasikan secara komersial setelah mendapat sertifikat dari Kementerian Perhubungan.
“Kapal harus ikut uji sertifikasi kelayakan dan memastikan tidak ada yang gagal, di situlah peran Menteri Perhubungan dan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI),” jelasnya.
(IDM)