Clicks: Manusia membutuhkan makan dan minum untuk mendapatkan tenaga dan energi sebagai modal beraktivitas. Normalnya, seseorang akan makan dua sampai tiga kali serta minum 2 sampai 2,5 liter air per harinya. Dengan asupan yang cukup tentunya organ dalam tubuh pun akan berfungsi dengan baik.
Siklus atau pola makan yang sudah diatur dengan baik juga berdampak positif bagi tubuh. Inilah yang menjadi alasan kenapa dokter sering mengingatkan agar kita makan di jam yang sama setiap harinya. Lantas, bagaimana jika kita berpuasa?
Di Indonesia, umat Islam akan menahan lapar dan dahaga selama hampir 14 jam saat berpuasa. Perubahan siklus hidup itu akan berdampak besar pada kondisi tubuh. Alhasil, sebagian besar orang akan merasa pusing dan lemas pada hari-hari pertama. Apalagi hari ini merupakan hari kedua Ramadan 2021, pasti di antara kalian ada yang merasakan hal ini.
Tetapi, tahukah kamu, ternyata perubahan pola makan saat puasa ternyata menyebabkan banyak perubahan di dalam tubuh lho. Salah satunya, perubahan fisiologi yang berhubungan dengan komposisi tubuh dan fungsi organ. Dilansir dari dilansir dari berbagai sumber, berikut perubahan fungsi organ yang terjadi ketika kita berpuasa:
1. Kelenjar air liur
Selama menjalankan puasa, kita tidak memasukkan cairan apa pun ke dalam tubuh. Meski begitu, kelenjar air liur ternyata tetap bekerja memproduksi air liur untuk mencegah mulut menjadi kering. Dengan begitu, bau mulut dapat dicegah.
2. Lambung
Ada kabar baik nih bagi para penderita maag. Siapa sangka, ternyata produksi asam lambung menurun saat kita berpuasa. Kok bisa? Hal ini dikarenakan produksi asam berkurang akibat tidak adanya asupan makanan untuk digiling. Kondisi itu mencegah terkikisnya dinding lambung oleh asam, sehingga luka lambung bisa dihindari.
3. Liver atau hati
Glukosa dari makanan yang kita santap saat sahur akan diubah menjadi glikogen dan disimpan dalam hati. Saat glukosa darah habis, hati kembali mengubah glikogen menjadi glukosa. Proses metabolisme glukosa inilah yang akan memberikan energi pada tubuh kita saat puasa.
4. Kantong empedu
Fungsi empedu adalah untuk memecah lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Selama puasa, kantong empedu menampung cairan empedu dan menjadikannya lebih pekat untuk persiapan metabolisme lemak pada saat berbuka.
5. Pankreas
Pankreas berperan penting dalam memproduksi insulin, hormon yang mengubah glukosa agar bisa disimpan menjadi cadangan energi. Berbeda halnya ketika kita berpuasa, produksi insulin akan berhenti dan hormon ini memberitahu liver untuk memecah penyimpanan gula yang terletak di organ tersebut. Selain itu, produksi digestive juice juga menurun.
6. Usus kecil
Selama sekitar 14 jam, kita tidak makan maupun minum selama berpuasa. Alhasil, usus kecil akhirnya beristirahat dari pekerjaannya untuk sementara. Fungsi usus kecil yang dimaksud, yakni mengolah makanan dan menyerap nutrisi. Perlu diketahui, usus kecil hanya bergerak secara regular setiap 4 jam.
7. Usus besar
Keseimbangan cairan pada tubuh akan tetap terjaga selama berpuasa. Sebab, usus besar akan mengontrol penyerapan air dari ampas makanan ketika kita menahan lapar dan dahaga.
Fase-fase yang akan dialami tubuh selama puasa Ramadan
Seperti dijelaskan tadi, tubuh akan beradaptasi pada perubahan pola makan yang terjadi ketika kita menunaikan ibadah puasa. Berikut fase-fase yang akan dialami tubuh ketika kita berpuasa selama 30 hari penuh.
- Pada periode satu sampai dua hari pertama, puasa akan terasa berat bagi sebagian besar umat Islam. Kita akan merasakan lapar yang intens pada fase ini. Kadar gula, tekanan darah, dan denyut jatung pun akan menurun. Cadangan gula yang tersimpan di hati akhirnya juga mulai digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi. Kondisi inilah yang menyebabkan kita mengalami pusing dan lemas.
- Pada periode tiga sampai tujuh hari, tubuh mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi. Sistem pencernaan akan beristirahat selama kita berpuasa. Hal ini dikarenakan tidak adanya asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Dengan begitu, seluruh energi yang ada dapat dikerahkan untuk pembersihan dan penyembuhan. Sehingga pada fase ini, aktivitas sel darah putih dan sistem imun meningkat.
- Pada periode delapan sampai 15 hari, tubuh akan melakukan detoksifikasi secara efisien. Penyembuhan secara alami pun lama-lama akan terjadi. Tubuh juga tidak akan terasa lemas seperti yang dirasakan pada hari-hari pertama puasa. Sebaliknya, kita akan merasa lebih bersemangat dan pikiran terasa lebih jernih.
- Pada periode 16 sampai 30 hari, tubuh sudah beradaptasi pada keadaan puasa. Menariknya, konsentrasi dan daya ingat kita akan meningkat. Tak hanya itu, emosi juga lebih stabil pada fase ini. Ketika proses detoksifikasi selesai, tubuh bisa bekerja lebih optimal dalam mengganti jaringan yang rusak.
(SYI)