JOMBANG : Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan ekskavasi lanjutan di situs Pandegong. Ekskavasi tahap II ini, dimulai pada tanggal 16 hingga 26 Maret nanti. Tujuannya, mengetahui 100 persen denah candi di situs yang terletak di Dusun Kwasen, Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno, Jombang itu. Sebelumnya, arkeolog telah mengupas 70 persen bangunan candi di situs tersebut saat ekskavasi pertama November 2021.
Ketua tim ekskavasi situs Pandegong, Vidi Susanto mengatakan target ekskavasi kali ini, tim peneliti ingin menampakkan bagian bangunan situs secara utuh. Khususnya, menampakkan sisi timur dan sisi selatan dari situs Pandegong. Selain itu, timnya juga ingin mengetahui kondisi bagian tengah situs, setelah dilakukan penggalian oleh masyarakat setempat pada tahun 2017 lalu.
"Sambil melihat gejala apa yang tejadi ketika pada tahun 2017 dulu, pada bagian tengah, atau biasa yang disebut sumuran itu pernah digali oleh masyarakat, rencananya kita juga mau membuka itu," katanya.
Vidi menjelaskan, pada umumnya sumuran itu berukuran 1 meter persegi lebih. Dan fungsinya untuk menaruh benda pemujaan. Sumuran ini umumnya tertutup, dan di atasnya ada benda pemujaannya, seperti yoni. Nah ini ada indikasi yoni yang terpindahkan itu berasal bagaian sumuran itu. Ia menyebut di dalam sumuran ada benda yang berkekuatan magis yang fungsinya sebagai roh sebuah candi.
"Di dalam sumuran itu umumnya ada pripih, dan pripih ini yang menghidupkan candinya, jadi candinya ada kekuatan magis yang berhubungan dengan kedewaan," ucapnya.
Baca juga : Diduga Kesiangan, Maling Sapi di Ponorogo Tinggalkan Hasil Curiannya di Jurang
Saat ditanya apakah peneliti sudah menemukan pripih dalam sumuran candi tersebut. Vidi mengaku pihaknya masih belum bisa memastikan hal itu. "Belum ya kita belum berani menyimpulkan ada pripihnya atau tidak, tapi biasanya dalam sumuran itu ada pripihnya, berdasarkan literasi yang kita gunakan, dan berdasarkan pada temuan sebelumnya," tegasnya.
Disinggung kondisi struktur sumuran ini masih dalam kondisi utuh atau sudah berubah, Vidi menyebut, pada tahun 2017 yang lalu, masyarakat setempat pernah melakukan penggalian. "Karena penasaran masyarakat pernah melakukan penggalian, dan jika dilihat pada dinding sumuran bagian utara memang kondisinya sudah rusak," ucapnya.
Vidi menjelaskan bentuk pripih itu beragam, sesuai dengan tujuan utama pembuatan candi tersebut. Contoh yang ditemukam di Demakan, pripihnya berupa garpanah atau cermin, ada juga yang biji-bjian, tergantung kepentingan pembuatan candi ini. Ia menegaskan, target utama untuk ekskavasi ini untuk menampakkan bagian candi sisi selatan dan sisi timur. Sehingga tampak denah candi secara utuh.
"70 denahnya sudah terlihat pada tahun kemarin, dan untuk sissanya kita selesaikan pada tahun ini, yang 30 persen dan kendalanya ya pohon yang menutupi sisi timur dan selatan candi," jelasnya.
Sedangkan untuk ketinggian bangunan candi, Vidi mengaku bangunan ini diperkirakan mencapai 180 centimeter.
"Untuk hitungan kemarin yang sudah kita dapatkan dari setiap sudut, barat daya ke barat laut, sekitar 80 centimeter. Lalu kemudian ujung barat yang kita duga sebagai trap tangga sampai masuk ke struktur yang ada di timur laut itu sekitar 10,80 centimeter. Tinggi bangunan sekitar 180 centimeter,” pungkasnya.
(ADI)