DOHA: Aroma dendam menyelimuti duel Swiss melawan Serbia dalam laga pamungkas Grup D Piala Dunia di Stadion 974, Sabtu 3 Desember 2022, dini hari nanti.
Swiss yang memiliki tiga poin di urutan kedua klasemen memiliki peluang lebih baik untuk menemani Brasil ke babak 16 besar Piala Dunia Qatar 2022.
Kemenangan atas Serbia akan menjamin Swiss mendapat tiker fase gugur. Jika imbang, La Nati -julukan timnas Swiss-- bisa tetap lolos jika Kamerun kalah dari Brasil di pertandingan lainnya di Grup G.
Swiss dan Serbia pernah bertemu di babak penyisihan grup pada Piala Dunia Rusia empat tahun lalu. Laga yang dimenangkan Swiss 2-1 itu sempat dibumbui tensi politik.
Selebrasi pemain Swiss Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri dengan melentangkan kedua tangan di dada seperti simbol elang berkepala dua usai mencetak gol memicu amarah publik Serbia kala itu.
BACA: Argentina Tak Anggap Enteng Australia
Simbol itu adalah lambang bendera negara Albania yang merupakan negara yang pernah berseteru secara politik dengan Serbia pada masa lampau. Dugaan selebrasi tersebut bermuatan politis tak lepas dari latar belakang Shaqiri dan Xhaka yang berasal dari keluarga imigran dan memiliki darah Kosovo-Albania.
Mantan pemain timnas Serbia Zdravko Kuzmanovic meminta para pemain untuk tidak terprovokasi atas insiden empat tahun lalu dan fokus untuk meriah tiket babak 16 besar. Menurutnya, tindakan dua pemain Swiss saat itu tidak dibenarkan.
"Empat tahun lalu, semua provokasi datang dari pihak Swiss. Elang berkepala dua itu bukanlah produk emosi, itu sudah direncanakan sejak awal. Kita tidak bisa melupakan apa yang terjadi di Rusia," kata Kuzmanovic.
"Kami memiliki tim yang bagus dan semua orang di Serbia berasumsi bahwa kami akan melewati grup tersebut," lanjutnya.
Xhaka yang kini berusia 30 tahun menepis pertandingan kontroversial empat tahun lalu akan terjadi lagi di laga ini.
"(Tidak) ada dalam sejarah di balik dua pertandingan ini. Kami adalah Swiss, mereka adalah Serbia, itu saja. Kami di sini untuk bermain sepak bola, mereka juga, kami juga," kata Xhaka.
"Tentu saja sejarah adalah sejarah. Tetapi pada saat ini, pertandinganlah yang penting," kata penjaga gawang Swiss Yann Sommer, yang juga bermain melawan Serbia empat tahun lalu.
Meskipun dalam gelaran kali ini psywar antara kedua suporter maupun pemain tidak sepanas gelaran piala dunia 2018 silam, tensi di lapangan diprediksi akan panas karena sama-sama membutuhkan kemenangan untuk lolos ke babak 16 besar.
Pelatih Swiss Murat Yakin menepis kekhawatiran pertandingan terakhir melawan Serbia bisa diganggu dengan kejadian di Piala Dunia 2018. Yakin juga menegaskan tidak akan menginstruksikan timnya untuk bermain imbang melawan Serbia.
"Kami hanya harus fokus pada sepak bola, kedua tim. Ini akan menjadi pertandingan yang menarik dan menyenangkan. Yang lainnya saya benar-benar tidak peduli," ujarnya.
"Kami ingin mencoba memenangkan pertandingan dan kami berharap kami memiliki kualitas untuk melakukannya," katanya.
(TOM)