NGAWI : Sebanyak 44 desa yang tersebar di 10 kecamatan di Ngawi mulai mengalami krisis air bersih. Sumur dan mata air yang menjadi andalan warga mulai mengering. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari warga hanya bisa mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah. Krisis air bersih ini sudah dirasakan warga sejak dua bulan lalu.
Mengetahui bantuan air bersih datang, belasan warga di Desa Banjarbanggi, Kecamatan Pitu, langsung menyerbu bak penampungan air yang diisi oleh BPBD kabupaten setempat. Sambil membawa jerigen, warga bergantian mengambil air. Air sedianya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti minum dan memasak.
Sumur dan mata air di desa tersebut mulai mengering. Sehingga warga mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah yang datang sepekan sekali. Berdasarkan data BPBD setempat saat ini ada 44 desa yang tersebar di 10 kecamatan.
Baca Juga : Tak Berizin, Proyek Perumahan Elite di Mojokerto Disegel
Masing-masing adalah Kecamatan Mantingan, Karanganyar, Widodaren, Kedunggalar, Sine Pitu, Bringin, Kasreman, Karangjati, dan Ngawi Kota. Rata-rata wilayah tersebut berada di kawasan pinggiran hutan.
“Untuk kekeringan di Kabupaten Ngawi ada 44 desa tersebar di 10 kecamatan. Itu masuk kategori kekeringan kritis. Kesulitan air bersih rata-rata di sepanjang utara wilayah Kecamatan Ngawi mulai Karanganyar sampai Karangjati,” kata Teguh Puryadi, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ngawi.
Kekeringan berdampak pada sekitar 62.670 kepala keluarga atau 175.597 jiwa. Setiap hari 2 unit truk tangki menyalurkan bantuan air bersih ke sejumlah desa terdampak. Untuk memenuhi kebutuhan air, BPBD Ngawi segera menambah jumlah truk tangki untuk memasok air bersih ke sejumlah desa.
(ADI)