SURABAYA : Untuk mendukung pembangunan di wilayahnya, Pemprov Jatim melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)-nya menandatangani tujuh Memorandum of Understanding (Mou) atau Nota Kesepahaman senilai Rp 8.592.425.221.600 dengan Group of Development Technologies and Construction Companies (GDTC) Maroko.
Ketujuh Nota Kesepahaman tersebut berupa Proyek Pengembangan Pelabuhan Terminal Umum di Kota Probolinggo dengan PT Delta Artha Bahari Nusantara (DABN) senilai Rp 2,1 triliun, Proyek Pembangunan dan Pengoperasian Pengolahan Air di Kawasan Industri Java Integrated and Ports Estate (JIIPE), Maspion dan NIP dengan PT Air Bersih Jatim senilai Rp. 347 miliar dan Proyek Pembangunan Puspa Agro dengan PT Jatim Graha Utama senilai Rp 1.783.111.250.000.
Selain itu, Proyek Pembangunan Kawasan Wisata ‘Ngawi Planetarium Agro Park’ dengan PD. Sumber Bhakti senilai Rp 125.000.000.000, Proyek Pembiayaan Bisnis Jasa Sterilisasi Ultimate EBM dan X-Ray dengan PT Kasa Husada senilai Rp 300.000.000.000, Proyek Pembangunan Tol Pasuruan-Probolinggo dengan PT Trans Jawa Paspro senilai Rp.1.506.313.971.600 dan Proyek Pembangunan Tol Krian Legundi dengan PT Waskita Bumi Wira senilai Rp 2.431.000.000.000.
Penandatanganan MoU itu sendiri dilakukan oleh Chairman GDTC Maroko, HEH Sharif Moulay Sidi Al Sultan Ahmad Bin Zuhir Bin Mohammad Bin Jaber Al Natour dengan tujuh Direktur BUMN dan BUMD di Jatim yang dilaksanakan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu 8 Mei 2021.
Terkait hasil kerjasama tersebut, Wagub Emil Elestianto Dardak menyampaikan, bahwa peran seorang kepala daerah dinilai sangat penting dalam menginventarisasi dan mengidentifikasi peluang investasi di daerahnya masing-masing.
“Ini momen penting. Saya harap seluruh pihak bisa memanfaatkannya dengan baik,” tutur Emil.
Permintaan Wagub Emil ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, pertumbuhan realisasi investasi Jatim mengalami pertumbuhan signifikan pada 2020 di masa pandemi ini yaitu 33,8 persen dibandingkan 2019 sebesar 14,3 persen. Pertumbuhan tersebut disebutkan yang tertinggi di Indonesia.
Sedangkan dari segi makro ekonomi, Jawa Timur menyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 24,62 persen. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sendiri mengalami kontraksi sebesar 0,44 persen yang didominasi oleh sektor industri 30,94 persen, perdagangan 18,68 persen dan pertanian 10,84 persen.
Sehingga, dengan disepakatinya MoU tersebut, akan ditindaklanjuti dan menjadi peluang tumbuhnya pembangunan yang cukup signifikan di Jatim.
“Jadi, ini langkah awalnya. Nanti, akan ada pembahasan lanjutan yang tentunya akan dibahas secara teknis,” ungkap Emil.
“Karena GDTC memang tertarik dengan proyek-proyek yang ada kaitannya dengan pemerintah. Baik dari sisi infrastruktur maupun proyek yang dimiliki BUMD maupun BUMN,” imbuhnya.
Sementara itu, Chairman GDTC Maroko HEH Sharif Moulay Sidi Al Sultan Ahmad Bin Zuhir Bin Mohammad Bin Jaber Al Natour mengungkapkan rasa terima kasih atas disepakatinya tujuh MoU tersebut. Dirinya berharap, kerjasama tersebut memberikan peluang yang baik.
“Terima kasih sebanyak-banyaknya. Saya senang bisa berinvestasi di sini. Semoga momen ini, utamanya di bulan suci ini bisa membawa kebaikan bagi semuanya,” ungkapnya.
(ADI)