MOJOKERTO : Masjid Agung Darussalam merupakan masjid termegah di Mojokerto. Tak hanya bangunananya, masjid yang dibangun Bupati Kromodjojo Adinegoro III dengan nama kecil Raden Ersadan tahun 1893 ini juga memiliki bedug besar. Bahkan diklaim, bedug masjid yang berada di Jalan Raya Desa Gemekan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto ini terbesar di Indonesia.
Dilihat dari dekat, bedug yang berada di masjid zaman Belanda itu memiliki diameter 225 cm dan panjang 3,5 meter, bedug dipesan dari perajin di Cirebon. Pengerjaannya membutuhkan waktu hingga dua tahun.
“Insya Allah ini terbesar di Indonesia. Kalau ada di Jawa Tengah itu diameternya 215 cm, sedangkan bedug kita ini diameternya 225 cm dan panjangnya 3,5 meter. Pesan di Cirebon,” ungkap Bendahara Masjid Agung Darussalam, Imam Shofi’i, Sabtu 16 April 2022.
Pada bagian kanan dan kiri bedug terdapat ukiran bertuliskan Arab. Juga terdapat tulisan Masjid Agung Darussalam Kabupaten Mojokerto. Menggunakan bahan kayu jati pilihan dan kulit sapi yang didatangkan dari luar pulau Jawa, bedug ini memiliki berat 560 kg.
Baca juga : Rahasia Tetap Bugar saat Puasa Ala Khofifah
"Dulu, harganya Rp110 juta. Saat itu kita punya uang cuma Rp5 juta, bayarnya dicicil selama satu tahun. Kulitnya pesan dulu, sampai 2 tahun untuk mencari kulit sapi sebesar itu, karena dibutuhkan sapi kira-kira beratnya 1 ton 2 kwintal. Pasak menggunakan kayu merbau dari Kalimantan yang dicat warna emas,” jelasnya.
Imam mengatakan rencananya akan diganti dengan ukiran Jepara. Sabuk pengikatnya berbahan rotan yang juga berwarna sama. Tabung beduk raksasa ini menggunakan kayu jati setebal 3,5 cm. Kulit sapi yang digunakan pada permukaan tubuh depan maupun belakang, tak sembarangan.
“Karena dibutuhkan sapi sangat besar untuk mendapatkan kulit seluas itu. Pesan akhir 2019, baru datang Oktober 2021. Salah satunya karena untuk mendapatkan kulit sapi harus indent selama 2 tahun. Bedug masjid yang lama terlalu kecil, untuk masjid sebesar ini. Kami ingin menyesuaikan dengan masjid sebesar ini,” urainya.
Ini lantaran bedug di masjid lama, jika ditaruh di masjid baru akan kelihatan sangat kecil. Pihaknya berharap bedug tersebut ke depan bisa menjadi ikon Kabupaten Mojokerto. Menurutnya, perawatan hanya di bersihkan saja. Dan pengrajin memberikan garansi jika ada kerusakan.
“Dari pembuat-nya jika ada kerusakan ada garansi, bisa dibawa ke sana untuk perbaikan. Untuk memindahkan bedug ini membutuhkan sekitar 30 orang. Pemindahan bedug tidak bisa menggunakan alat berat, untuk menghindari kerusakan. Yang mukul bedug satu orang, tapi kalau takbiran ya banyak anak,” tuturnya.
Dia mengatakan bedug digunakan untuk panggilan salat subuh, magrib, Jumatan dan hari besar. Masjid Agung Darussalam selama ini tak pernah sepi pengunjung. Tidak hanya masyarakat sekitar, warga dari berbagai daerah juga singgah di masjid ini.
Karena lokasinya di jalan nasional Surabaya-Madiun. Selama Ramadan, aktivitas ibadah di masjid ini semakin semarak. Salah satunya pengajian rutin setiap menjelang berbuka puasa. Takmir masjid menyediakan takjil gratis untuk siapa saja yang singgah. Tak terkecuali selama musim mudik lebaran nanti.
(ADI)