SURABAYA : Perubahan iklim jangka panjang sudah menjadi topik yang diperbincangkan banyak penelitian. Mulai dari tingkat gas rumah kaca hingga suhu serta permukaan laut. Laporan terbaru soal dampak perubahan iklim jangka panjang juga ditulis dalam publikasi United Nations Assessment of Nationally Determined Contributions (NDCs).
Laporan menyebutkan perkembangan saat ini untuk menangkal peningkatan suhu udara tidak begitu menjanjikan, sehingga bisa saja temperatur naik 2,7 derajat Celcius di tahun 2100. Ini merupakan kondisi berbahaya yang bisa terjadi di 2100, di mana kebakaran, badai, kekeringan, banjir dan panas, pergeseran tanah dan perubahan ekosistem perairan, akan marak terjadi.
"Menurut permodelan kami, temperatur rata-rata global akan terus naik di atas tahun 2100," tulis laporan, dikutip dari Science Alert, Kamis 30 September 2021.
Baca Juga : Ngopi Pagi di Malang Yuk, Bayarnya Pakai Sampah Plastik
Dalam skenario ini, area yang cocok untuk bertani akan menurun dan wilayah di mana tanaman bisa tumbuh subur akan bergerak lebih dekat ke kutub Bumi. Lebih lanjut, peneliti laporan itu menemukan tekanan panas dapat mencapai tingkat yang fatal bagi manusia di daerah tropis yang saat ini berpenduduk padat.
Daerah yang sudah mencapai tingkat panas seperti itu kemungkinan sudah tidak layak huni. Bahkan di bawah skenario mitigasi tinggi, mereka menemukan permukaan laut terus naik karena mengembang dan bercampurnya air di lautan yang memanas.
"Meskipun temuan kami didasarkan pada satu model iklim, mereka berada dalam kisaran proyeksi yang lain dan saling membantu mengungkap besarnya potensi pergolakan iklim pada skala waktu yang lebih lama." ujar penelitian tersebut.
(ADI)