MALANG : Banyak kisah menarik yang dialami Anas Fauzi, penghulu jenaka asal Malang, Jawa Timur selama bertugas. Pria yang tengah menempuh pendidikan doktor di Pendidikan Islam Multikultural Universitas Islam Malang (Unisma) ini menceritakan ada calon pengantin yang batal menikah karena persoalan maskawin.
"Gegeran (pertengkaran) antara calon manten (pengantin) putra dengan calon mertuanya, gara-gara maskawin. Sebab maskawin susah diucap. Makanya kalau maskawin itu jangan yang susah-susah diucap," ujarnya.
"Yang mengantar dan menyebut bukan dirinya wali, kesulitan ngucap, akhirnya pegel (kesal) monting (pusing), akhirnya enggak jadi nikah. Kayak gitu ada, pernah," kata pengasuh Ponpes Ar Rozzaq, Desa Slamperejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang ini.
BACA JUGA : Ibu di Mojokerto Lahirkan 3 Bayi Kembar, Dapat Tamu dan Hadiah Istimewa
Sebab itu, Anas berpesan agar para calon pengantin baru seharusnya memberikan mahar atau maskawin yang sederhana, dan tidak terlalu rumit diucapkan. Mengingat maskawin bukan buat gaya-gayaan, melainkan sesuatu hal yang sesuai kekuatan sang calon mempelai.
"Bahagia bukan karena jenis maskawin, kaya bukan karena gayanya maskawin. Bahagia itu insya Allah karena hidup jujur, suami jujur istri bahagia, bukan karena maskawin, mau maskawin air minum segelas boleh, yang penting harus diberikan dan harus disesuaikan dengan kekuatannya," ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, ada pesan pernikahan yang disampaikan juga kerap kali membuat calon pengantin dan pihak keluarga bersedih, lantaran ingat orang tua.
"Mengingat mendiang orang tua menjadi menangis itu biasa, ya biasa saja, tetap ada," kata Anas, yang kini menjadi penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) Lowokwaru, Kota Malang.
(ADI)