6 Pakar dari 4 Benua Soroti Kecerdasan Buatan di Bidang Kesehatan

IConASET yang digelar UNUSA dihadiri 6 pakar dari 4 benua (Foto / Hum) IConASET yang digelar UNUSA dihadiri 6 pakar dari 4 benua (Foto / Hum)

SURABAYA : Berbagai fenomena dan perkembangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat teknologi yang dibuat oleh manusia semakin berkembang. Society 5.0 merupakan salah satu yang menjadi perbincangan hangat saat ini. Melihat situasi tersebut Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menghadirkan 6 Pakar dari 4 Benua dalam acara International Conference on Applied Sciences, Education, and Technology (iConASET) 2022.

Kegiatan ini menghadirkan para pakar di berbagai dunia, Yu-Chuan Li (Taipei Medical University), Muhammad Myn Uddin, (Takara Bio USA), Prof. Alison Hutton (University of Newcastle, Australia), Wardah Al Katiri (Unusa), Dr. Suma Jayachandran (Manipal Global NXT University, Malaysia), Prof. Benny Tjahyono (Coventry University, UK).

Yu-Chuan mengungkapkan penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dalam pelayanan kesehatan menjadi inovasi yang sangat penting. AI ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi peningkatan beban kerja dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk menghasilkan layanan kesehatan yang efisien, efektif, dan berkualitas.

"AI merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan sebagai instrumen untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang efisien, efektif, dan berkualitas. Aplikasi AI dapat berkontribusi bagi manusia sehingga mampu membantu berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang Kesehatan, yang dapat difokuskan terhadap sumber daya dalam pengobatan dan pelayanan pasien dalam situasi pascapandemi," ungkapnya.  

Dia menambahkan, teknologi AI bisa menjadi salah satu cara mengatasi permasalahan sistem pelayanan kesehatan. Kedepan, pihaknya ingin kualitas pelayan bisa dipenuhi, jadi pelayanan kesehatannya tinggi, baik untuk individu maupun masyarakat.

“Tentu dari sisi biayanya akan bisa ditekan. Inovasi AI sudah diterapkan dalam penyediaan dukungan medis di Eropa serta sebagian besar wilayah di dunia, dan diharapkan tekhnologi ini akan bisa dimanfaatkan di Indonesia ke depannya,” ungkapnya.

Baca juga : Puluhan Mahasiswa di Situbondo Demo Tolak Kenaikan BBM

Hal senada diungkapkan Prof. Alison Hutton. Dirinya menyampaikan era society 5.0 mempertemukan berbagai bidang dengan teknologi yang menghasilkan teknologi AI. Di Australia, AI telah membantu para perawat disana.
 
“Situasi dan kondisi para perawat di Australia selama terjadinya ‘Disruptive Events’. Disruptive Events yang terjadi di Australia tidak hanya pada saat Pandemi Covid-19 tetapi juga kebakaran hutan dan banjir. Hal ini berdampak tak hanya fisik tetapi juga mental," terangnya.  

Selain itu, manajemen sistem pemerintahan yang kurang persiapan membuat banyak dari perawat yang terkena Covid-19 sehingga mengurangi jumlah pekerja. Para perawat lainnya harus bekerja secara overtime. Hal ini menyebabkan beberapa pekerja yang kelelahan.

"Situasi ini pihak pemerintah menyiapkan beberapa skema alternatif, salah satunya melalui implementasi teknologi AI,” pungakasnya.


(ADI)

Berita Terkait