Jakarta: Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi DKI Jakarta menyarankan pelajar yang sering menunjukkan perilaku agresif, emosional, dan suka berkelahi untuk menjalani tes urine. Sebab, perilaku tersebut sering kali menjadi ciri umum pengguna narkoba.
"Yang paling mudah (dikenali) dari ciri sosial. Biasanya mudah agresif, emosional, suka berkelahi. Kalau bertemu boleh dites urine," ungkap Ketua Tim Pencegahan BNN Provinsi DKI Jakarta, Joko Purnomo dikutip dari Tribratanews, Selasa, 6 Agustus 2024.
Joko menjelaskan bahwa ciri sosial lain dari pengguna narkoba meliputi sering membuat keributan, kurang memiliki rasa malu, merasa curiga dan ketakutan berlebihan yang bisa memicu perilaku ekstrem, bersikap sadis, dan menjadi pemalas. Selain itu, ciri psikis pengguna narkoba antara lain sangat sensitif, mudah tersinggung, cepat marah, hilang ingatan, berusaha menyakiti diri sendiri, dan sering berkhayal.
"Kalau fisik, yang disuntik saat ini sudah tidak ada lagi. Yang disuntik jenis narkotika putaw. Kalau putaw sudah masuk ke tubuh, pasti kontrak mati," jelas Joko.
Joko mengingatkan bahwa penggunaan narkotika biasanya dimulai dari tahap coba-coba, lalu menjadi penggunaan teratur, hingga akhirnya menjadi kecanduan. Ia mengimbau masyarakat untuk segera membawa pengguna narkoba ke BNN agar mendapatkan pengobatan.
Menurut Joko, pengguna narkoba pada tahap coba-coba sering menunjukkan ciri seperti sering menyendiri, perubahan aktivitas, pola makan yang berubah, penurunan prestasi belajar, dan sering keluar malam. "Tetapi kalau sudah teratur pakai dan pecandu, maka layanan kesehatannya rawat inap harus ke Lido, Bogor, Jawa Barat," tambah Joko.
Data menunjukkan bahwa prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia meningkat menjadi 3,6 juta orang pada 2021, dari 3,41 juta orang pada 2019. Jumlah ini kemudian turun menjadi 3,3 juta orang pada 2023.
"Jakarta menurut penelitian tahun 2019 berada di peringkat ketiga secara nasional penyalahgunaan narkotika dengan jumlah 195 ribu orang. Peringkat satu adalah Sumatera Utara dengan jumlah penyalahguna sebanyak 1,7 juta orang," jelas Joko.
(SUR)