BNPB: Rehabilitasi Pascabencana di Lumajang Jatim Layak Jadi Contoh Nasional

Warga memberi makan hewan ternak sebuah peternakan di Bumi Semeru Damai, Desa Sumbermujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, yang merupakan salah satu hasil pendampingan ekonomi, sosial dan sumber daya alam pada daerah pascabencana BNPB, Selasa (11/6/2024) Warga memberi makan hewan ternak sebuah peternakan di Bumi Semeru Damai, Desa Sumbermujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, yang merupakan salah satu hasil pendampingan ekonomi, sosial dan sumber daya alam pada daerah pascabencana BNPB, Selasa (11/6/2024)
Jakarta: Rehabilitasi dampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim), dinilai layak dijadikan contoh nasional. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut proses rehabilitasi fasilitas umum hingga hunian bagi warga sangat cepat.

Kepala BNPB, Suharyanto, menyatakan rehabilitasi dan penanganan warga terdampak hanya memakan waktu sekitar 4 bulan. Termasuk pembangunan hunian tetap (huntap) sebanyak 1.951 unit di atas lahan seluas 81,55 hektare untuk warga yang rumahnya rusak akibat erupsi.

Pembangunan huntap di Desa Sumbermakmur, Kecamatan Candipuro, Lumajang, bahkan masuk Museum Rekor Indonesia (MURI) karena berhasil memecahkan rekor penyelesaian pembangunan huntap tercepat.

"Tentu ini menjadi hal baik yang bisa dicontoh untuk daerah lain dalam gerak cepat rehabilitasi pascabencana dan kolaborasi lintas sektornya," kata Suharyanto dikutip dari Antara, Rabu, 12 Juni 2024.

Suharyanto mengapresiasi kolaborasi dari pemerintah pusat, kementerian/lembaga, dan pemerintah daerah di Jatim, yang berhasil memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi para korban bencana.

"Hal demikian dibuktikan berdasarkan hasil pendampingan BNPB saat ini ribuan korban erupsi Gunung Semeru di Lumajang sudah lebih aman setelah direlokasi, dan berhasil mengembangkan usaha hewan ternak sebagai sumber perekonomian keluarga," katanya.

Ia mencontohkan bahwa para korban tersebut, dengan dana bantuan dari BNPB, memelihara kambing dan domba yang awalnya berjumlah 70 ekor, dan kini sudah berkembang menjadi lebih dari 120 ekor. Bahkan, mereka berhasil mengembangkan kambing ettawa yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena dapat memproduksi susu.

"Nantinya segala potret baik dalam hal pendampingan serta pemulihan sosial, ekonomi, dan sumber daya alam agar bisa diadaptasi dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi pascabencana di setiap daerah," tuturnya.


(SUR)

Berita Terkait