BLITAR : Di saat sejumlah usaha lain sedang mengalami masa sulit akibat pandemi covid-19, produksi olahan minuman jahe dan rempah justru banjir pesanan. Salah satunya usaha milik Dwi Agustining.
Bahan dasar pembuatan sirup jahe ini jahe merah yang dikombinasikan dengan jahe emprit, gula pasir, kayu secang, daun serai dan daun pandan. Pengolahanya pun tidak sulit, jahe yang sudah dikupas dan dicuci bersih dan diparut menggunakan parutan kelapa.
Kemudian hasil parutan jahe yang sudah hancur diperas untuk diambil sarinya dan diendapkan selama kurang lebih 3 jam. Setelah itu, sari jahe direbus dengan campuran bahan lain seperti gula pasir, kayu secang, daun serai, daun pandan dan ditambah air hingga mendidih.
Dalam sehari, perempuan 49 tahun itu dapat memproduksi kurang lebih 200 hingga 300 botol sirup jahe dengan kemasan 500 mili liter. Karena mayoritas bahan dasarnya menggunakan bahan dari rempah-rempah, sirup jahe milik Dwi ini juga bisa dijadikan sebagai jamu.
"Di masa pandemi ini banyak pelanggan yang mengkonsumsi sirup jahe ini untuk menambah imunitas tubuh," kata Dwi.
Selain dalam bentuk sirup, Dwi juga memproduksi jahe dalam bentuk bubuk. Untuk harganya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp40 ribu untuk kemasan botol. Sedangkan untuk kemasan bubuk setengah kilogram ia jual hanya Rp60 ribu.
(ADI)