Dari data yang dilansir Transfermarkt, Persebaya mencatatkan interaction rate Instagram sebesar 3.9 persen. Hanya dua klub Turki yang mampu mengalahkan klub kebanggaan arek-arek Suroboyo dalam urusan tersebut. Mereka adalah Fenerbache dan Besiktas. Masing-masing membukukan 4.3 dan 4.1 persen.
Sementara itu dua klub asal nusantara lainnya, Arema FC dan Persija juga masuk dalam jajaran 10 besar. Mereka berhasil memperoleh angka masing-masing 3 dan 2.8 persen untuk interaction rate Instagram.
Lalu bagaimana interaction rate Instagram ini dihitung, sehingga bisa membuat Persebaya mencuri tempat ketiga dan menyisihkan klub besar lainnya? Padahal jika dilihat dari jumlah pengikut, klub yang berdiri tahun 1927 itu "hanya" memiliki 1.7 juta followers.
Rupanya formula didapat dari hasil pembagian antara jumlah followers dengan jumlah interaksi. Baik komentar maupun likes. Sehingga mengeluarkan angka persentase tersebut.
Dalam dunia sosial media sekarang yang menjadi indikator keberhasilan sebuah akun tidak lagi jumlah followers. Kini brand terkenal memperhatikan interaction rate untuk menentukan kualitas sebuah akun.
Mengapa demikan? Sebab dari interaction rate bisa diketahui kemampuan sebuah akun untuk mengkonversi followers menjadi loyal konsumen. Dimulai dari mengajak untuk berinteraksi. Berakhir dengan untuk menentukan keputusan membeli dari calon konsumen.
Menurut perwakilan manajemen Persebaya, Ram Surahman, keberhasilan ini menjadi penghibur Persebaya dan Bonek. Di tengah ketidakjelasan kompetisi, Persebaya dan Bonek tetap bisa berprestasi dengan berkolaborasi. Menurutnya dengan data tersebut bisa menjadi pertimbangan manajemen untuk mengembangkan bisnis ke depan. Salah satunya bisa menjadi "senjata" manajemen untuk maju ke calon sponsor guna mendapatkan pendanaan.
"Bisa menempati urutan tiga dunia jelas sebuah prestasi. Tidak semua bisa melakukan konsistensi seperti ini. Kami dari manajemen berterimakasih kepada Bonek Bonita dan seluruh followers," ungkapnya.
(ADI)