SURABAYA : Plt. Dirjen Dikti Kemendikbudristek, Prof Nizam, mengajak kampus untuk terus meningkatkan pengabdiannya ke desa. Hal ini penting dilakukan untuk mengentaskan ribuan desa yang masih tertinggal. Harapanya, dengan campur tangan akademisi membuat desa menjadi lebih mandiri.
“Dari 80 ribuan desa saat ini masih ada sekitar 27 ribuan desa dengan status tertinggal. Di Desa tertinggal itu kantong-kantongan kemiskinan, masalah Kesehatan, pendidikan dan masalah ekonomi. Ayok, masalah itu dikeroyok dan selesaikan bersama-sama, agar desa maju dan sejahtera," katanya saat seminar Kegiatan Pengabdian Masyarakat (Pengmas), Selasa 16 November 2021.
Prof Nizam mengatakan sudah saatnya akademisi terlibat dalam permasalhan desa. Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah salah satu kegiatan yang menjadikan ruang belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang kelas, laboratorium, dan perpusatakaan.
"Tetapi semesta atau samudera kehidupan sebagai tempat menimba ilmu, mengasah diri dan mengembangkan kompetensi," terangnya.
Baca Juga : Berdayakan Alumni, Unusa Gandeng Pelindo
Sementara Kepala BPSDM Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Prof Luthfiyah Nurlaela, mengatakan, desa mandiri adalah desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahan yang sudah sangat baik.
“Melalui dana desa diharapkan akan tercipta desa mandiri. Karena itu penggunaan dana desa diarahkan untuk pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan desa, program prioriotas nasional sesuai kewenangan desa, dan mitigasi bencana alam dan nonalam sesuai kewenangan desa,” katanya.
Guru Besar Universitas Negeri Surabaya ini mengatakan, dalam hal program MBKM terkait dengan desa, pendekatan program yang diambil sebaiknya dilaksanakan secara holistik atau berkelanjutan. Menurutnya ada tiga tahapan yang harus dilalui untuk membangun desa secara berkelanjutan dan menjadi desa mandiri.
Tahap pertama, dalam hal pelibatan, yakni mahasiswa fokus menemukan aktor lokal dan melibatkannya dalam inisiatif tingkat desa hingga kabupaten yang berpotensi menggerakkan masyarakat di daerahnya. Tahap Kedua, pengembangan. Mahasiswa fokus mengembangkan kapasitas para aktor lokal dengan menjejaringkan mereka dan membuka interaksi dengan entitas di luar kabupatennya.
"Ketiga adalah kolaborasi. Mahasiswa fokus mendorong terjadinya kolaborasi aktor lokal baik di daerahnya maupun dengan entitas lain di luar daerahnya," terangnya.
Sementara itu, Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie mengatakan, kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan perguruan tinggi kini tidak hanya berhenti pada laporan tapi dapat ditulis pada jurnal dan diseminarkan seperti saat ini.
“Melalui seminar seperti inilah pengalaman terjun ke masyarakat dalam bentuk pengabdian pada masyarakat bisa dipertanggungjawabkan dan didesiminasikan lebih luas lagi. Ini adalah bagian dari tanggungjawab keilmuan,” katanya.
(ADI)