TULUNGAGUNG: Seorang warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit leptospirosis (kencing tikus). Nyawanya tak terselamatkan karena terlambat mendapat pertolongan medis.
"Korban tidak dibawa ke dokter sehingga terlambat penanganan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dr Kasil Rokhmat dilansir dari Antara, Jumat, 11 November 2022.
Dijelaskan dr Kasil, korban sudah mengalami gejala leptospirosis sejak Minggu (30/10). Namun keluarganya tidak tahu jika itu penyakit leptospirosis dan Dianggap penyakit biasa sehingga tidak segera dibawa ke dokter.
Kasus ini baru terdeteksi lagi setelah korban yang mengalami pemburukan kondisi klinis dibawa ke RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung. Petugas lalu melakukan uji laboratorium dan hasilnya baru diketahui pada Minggu (6/11).
BACA: Chikungunya Serang Ratusan Warga di Ngawi, Waspada!
"Dokter yang menanganinya, melihat gejala yang dialami korban, seperti kulit kuning, mata merah dan nyeri pada tubuh, mencurigai akibat infeksi leptospirosis. Lalu kita uji laboratorium, " ujarnya.
Dia menjelaskan penyakit leptospirosis disebabkan bakteri leptospira. Bakteri ini biasanya dibawa oleh hewan, sehingga dianggap zoonosis atau penyakit menular pada hewan ke manusia.
Di Tulungagung, penyakit leptospirosis sempat dinyatakan hilang. Kemunculan kasus terakhir diidentifikasi pada 2019 di Desa Bono dan Ngranti Kecamatan Boyolangu. Setelah dilakukan penanganan serius, kasus leptospirosis tak lagi ditemukan.
Kasus kematian warga Desa Pandansari, Kecamatan Ngunut yang meninggal akibat leptospirosis kali ini disebut sebagai kasus baru. Bakteri leptospira ini juga ditemukan pada hewan tikus liar di lingkungan pemukiman maupun yang sudah menjangkit pada manusia.
"Bakteri ini bisa dibawa oleh tikus, kucing, anjing, sapi, atau kambing. Saat di hewan, bakteri ini tak menunjukkan gejala apapun. Gejala baru muncul pada manusia yang terkena bakteri ini. Bakteri ini masuk ke tubuh manusia melalui luka, makanan, dan minuman, " jelasnya.
(TOM)