Soal Fetish Mukena, Begini Penjelasan Pakar

JT, korban sekaligus model menunjukkan bukti di twitter terkait Fetish mukena yang dilakukan oleh D (Foto / Istimewa) JT, korban sekaligus model menunjukkan bukti di twitter terkait Fetish mukena yang dilakukan oleh D (Foto / Istimewa)

SURABAYA : Setelah sebelumnya heboh fetish kain jarik, fetish nyeleneh juga muncul di Malang. Seorang model di Malang menjadi korban fetish mukena. Sebenarnya apa yang meletarbelakangi fetish-fetish itu? Berikut ulasan Pakar Kesehatan Mental, Sumi Lestari.

Menurut Sumi, penyimpangan seksual fetish disebut bisa terdeteksi sejak dini bahkan saat diusia remaja. Namun perlu adanya kepekaan dan keterbukaan si pengidap fetish untuk proses penyembuhannya. Menurutnya, gejala fetish dengan ketertarikan pada objek benda mati atau organ tubuh nongenetal biasanya timbul enam bulan secara berturut-turut. Pengidap fetish ini biasanya memiliki fantasi seksual atau dorongan hasrat seksual ketika melihat benda-benda mati.

"Gejala itu muncul paling tidak enam bulan secara berturut-turut dengan gangguan fetish tersebut. Individu ini memiliki fantasi seksual dorongan, atau perilaku yang berulang, yang sifatnya intens, dan membangkitkan seksual melibatkan benda mati," kata Sumi.

Namun pengidap fetish memiliki beragam tingkatan, ada yang sekedar melihat benda-benda mati sudah mengalami fantasi. Namun ada yang harus meraba terlebih dahulu, baru terdorong fantasi seksualnya. Beberapa kasus fetish yang pernah ditemukan dan terdapat dalam kajian ilmiah, bahkan hanya dengan melihat sandal, sepatu, sarung tangan, kaki, telapak tangan, hingga rambut, itu sudah menjadi dorongan seksual, bagi pengidap fetish.

BACA JUGA : Viral, Model Cantik di Malang Diduga Jadi Korban Fetish Mukena

Padahal bagi orang normal benda-benda itu dan bagian tubuh tersebut, tidak terlalu bisa mendorong gairah seksualitas. "Bagi mereka yang mengalami gangguan itu, seksualitas fetish bisa saja membayangkan itu adalah benda-benda yang sangat erotis bagi mereka," ucapnya.

Selanjutnya, pengidap fetish biasanya membuat fungsi sosial dan pribadinya terganggu. Hal ini membuat pengidap fetish biasanya tidak bisa beraktivitas dengan berinteraksi sosial secara normal dengan orang lain dan lingkungannya. "Kemudian juga adanya tekanan pribadi yang dirasakan penderita, bahwa tertekan kemudian tidak mampu melakukan pekerjaan dengan baik," ucapnya.

Menariknya, dari hasil kajian dan penelitian fetish ini mayoritas dialami oleh para laki-laki lantaran faktor kejantanan. Ketidakpuasan terhadap dorongan seksual itu bisa mempengaruhi kejiwaan pengidap fetish. "Fetish itu sendiri biasanya sering dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan. Dilihat dari penyebabnya adalah memang kejantanan, bahwa mungkin dia merasa nggak jantan, sehingga beralih atau mengalihkan dengan benda mati, yang di mana dia bisa melakukan kontrol terhadap benda mati tersebut," katanya.

Nah, dengan memilih mengalihkan benda-benda yang mati, mereka gunakan sebagai dorongan seksual untuk akan melindungi dirinya atau mengimbangi perasaan ketidakmampuannya.

 


(ADI)

Berita Terkait