Trauma Erupsi Semeru, Warga Ingin Segera Direlokasi

Lahan pertanian berubah menjadi aliran lahar Semeru (Foto / Metro TV) Lahan pertanian berubah menjadi aliran lahar Semeru (Foto / Metro TV)

LUMAJANG : Warga Dusun Sumbersari, Desa Supit Urang masih trauma dan takut menuju rumah pasca erupsi Gunung Semeru. Karena itu mereka meminta segera dipindahkan ke tempat aman. Dusun Sumbersari, Desa Supit Urang, menjadi lokasi terparah terdampak erupsi Gunung Semeru.

Tak jauh dari tempat tinggal mereka mengalir Kali Sumbersari yang menjadi aliran lahar dingin dan awan panas Gunung Semeru. Letaknya yang dekat dengan puncak Gunung Semeru, membuat dusun ini masuk dalam wilayah zona kuning bencana sehingga harus direlokasi. Sulianto (21), Warga Dusun Sumbersari mengatakan, baru kali ini dia mengalami trauma yang begitu berat, meski Gunung Semeru telah beberapa kali erupsi dengan intensitas sedang.

"Saya minta ke Pak Bupati, Pak Presiden saya dipindahkan saya terus terang takut tinggal di sini. Masih trauma betul kalau keingat kejadiannya," kata Sulianto, pemuda berusia 21 tahun ini.

Ia menyebutkan, saat itu dirinya memang tengah beraktivitas sebagai penambang pasir di Sungai Sumbersari tak jauh dari kediamannya. Beruntung sesaat sebelum kejadian guguran awan panas dan abu vulkanik itu ia berhasil pulang, serta menyelamatkan keluarganya yang masih bertahan di rumah.

"Masih takut disini, kalau siang berani karena terang cuacanya, disini tinggal semua sekeluarga, paman keponakan di sini," tuturnya.

Baca Juga : Korban Erupsi Gunung Semeru, Mengais Harta Benda yang Terkubur hingga Jual Ternak Murah

Di hari keenam ini ia masih tak menyangka kejadian letusan dashyat Gunung Semeru bakal meluluhlantakkan kampung halamannya. Mengingat selama ia 20 tahun tinggal di Dusun Sumbersari, tidak pernah mengalami hal serupa.

"Kalau kemarin selamat semua. Lari semua waktu kejadian. Kalau saya cari pasir di sana, waktu itu banjir lahar dulu, sebelum awannya dari atas, 20 menit minta dijemput, saya samperin lihat gunungnya sudah tebal abunya jam 12 kondisi masih aman saja," katanya.

Hal serupa dikatakan Hadi Mulyanto, warga Desa Supit Urang yang meminta segera dibuatkan hunian sementara agar tidak tinggal lebih lama di posko pengungsian. Sebab dengan kondisi dirinya juga harus menyelamatkan beberapa benda berharganya yang ada di rumah, yang dibawa ke posko pengungsian.

"Kalau bisa segera dicarikan tempat relokasi. Inginnya biar tidak lama-lama di pengungsian, soalnya ya kalau di pengungsian juga gitu tahu sendiri," katanya.

Namun pria berusia 58 tahun ini menuturkan, tak mungkin dirinya membangun rumahnya yang luluhlantah imbas erupsi Gunung Semeru. Selain karena lokasinya yang sangat dekat dengan aliran lahar Gunung Semeru.
"Kalau rumah saya, saya bangun lagi juga nggak mungkin. Di sini katanya terlalu bahaya, kalau dibangun juga mau uang darimana. Saya sudah tidak punya apa-apa," terangnya.

Tetapi jika memang dipindahkan, ia berharap agar lokasi pemindahan tak jauh-jauh dari tempat tinggalnya saat ini. Hal ini agar dirinya bisa mengontrol lahan pertanian dan bercocok tanam kembali bila dimungkinkan.

"Direlokasi mau, kalau di sini juga nggak boleh mendirikan rumah lagi di sini. Tapi ini belum ditentukan tempatnya, pengennya ya dekat - dekat sini direlokasi. Kalau di sini bahaya aliran sungai nya untuk lahar sudah terbuka," katanya.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengungkapkan, segera akan mencari lokasi yang tepat beberapa dusun yang terdampak terparah erupsi Gunung Semeru. Pihaknya tengah berpikir dan berbicara dengan sejumlah pihak termasuk Perhutani, bila memungkinkan menggunakan lahan milik Perhutani.

Terlihat Thoriqul Haq, meninjau kembali beberapa titik di Desa Supit Urang untuk melihat proses evakuasi korban yang masih terkubur. Cak Thoriq, sapaan akrabnya juga meninjau beberapa alternatif lahan relokasi untuk warga beberapa kampung, salah satunya Dusun Sumbersari, Desa Supit Urang, Pronojiwo.

"Ini tadi makanya melihat (di Dusun Supit Urang), di tempat salah satu misalnya di Perhutani, di Oro - Oro Ombo," ucap Cak Thoriq, sapaan akrabnya.

Sementara itu hingga Kamis 9 Desember 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 43 warga meninggal dunia, sebanyak 104 orang 32 warga luka berat dan 82 warga luka sedang serta ringan, dimana mayoritas mengalami luka bakar. Para warga ini dirawat di empat fasilitas kesehatan di Kabupaten Lumajang seperti RSUD dr Haryoto, RS Bhayangkara Lumajang, RS Pasirian, Puskesmas Penanggal, Puskesmas Candipuro, dan beberapa puskesmas lainnya.

 


(ADI)

Berita Terkait