MALANG : Perayaan Natal dan tahun baru tinggal menghitung hari. Bagi mereka yang merayakan mulai melakukan persiapan. Salah satunya berburu kue. Di Malang ada sebuah toko kue legendaris, Toko Kue Madjoe namanya.
Melihat namanya yang masih menggunakan ejaan lawas, toko Madjoe memang sudah salah satu toko kue yang terus eksis. Berdiri sejak tahun 1930 hingga sekarang. Umurnya sudah hampur seabad. Bahkan, toko ini sudah dikelola oleh generasi kelima oleh pemiliknya.
Puluhan tahun berdiri, toko kue yang di Jalan Pasar Besar Klojen Kota Malang ini selalu menjadi jujukan pembeli. Selain rasa, beragam kue juga tersedia, komplit. Setidaknya ada 25 resep asli yang disajikan kepada pelanggan.
Sejak 91 tahun silam, tetap menyajikan 25 jenis kue kering, mulai dari sagon, kastengel, semprit es, belinjo kenari hingga yanhagel. Meski sudah menyentuh generasi ke-5, pihak pengelola tetap berpegang teguh pada resep asli kakek nenek buyut mereka. Kondisi inilah, yang menjadi salah satu daya tarik pelanggan, tetap bertahan membeli dan menikmati kue kering di toko legenda kota malang tersebut.
Baca Juga : 4 Alasan Kenapa Perempuan Harus Mencoba Belajar Bela Diri
"Tetap setia beli kue kering di toko Madjoe, tetap setia, meski saat ini banyak bermunculan produsen kue serupa, dengan penampilan dan pemasaran lebih modern," kata salah seorang pelanggan Mei Arsih.
Sementara itu, pengelola toko Madjoe, Cornelia mengatakan penjualan kue kering bergerak di kisaran 2 hingga 3 kilogram, dengan harga jual eceran antara Rp140 ribu hingga Rp250 ribu per kilogram, tergantung jenisnya. Namun menjelang perayaan hari raya natal dan tahun baru ini, omset penjualan kue kering mereka, mulai mengalami peningkatan hingga 50 persen.
"Memang ramainya kalau Natal dan menjelang tahun baru seperti ini. Atau jelang lebaran," katanya.
Cornelia mengatakan penjualan di tokonya sempat menurun saat covid-19. Namun berkat kesabaran dan kegigihan merangkul konsumen, kue kering produksi mereka kembali mendapat perhatian di hati konsumen, meski belum kembali seperti sedia kala.
"Demi menjaga keaslian dan cita rasa kue kering, kami sengaja tidak memproduksi massal setiap hari, serta tidak membuka cabang di tempat lain," pungkasnya.
(ADI)