PROBOLINGGO: Tangis lemah Muhammad Bakri, balita berusia 2 tahun 10 bulan, terdengar lirih dari dalam rumah sederhana di Dusun Sukunan, Kelurahan Triwung Lor, Kademangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur.
Putra pasangan Khoiriyah (25) dan Samsul Arifin (36) seperti menahan sakit luar biasa. Tangan dan kakinya yang kurus itu menegang. Sepanjang hari, Bakri hanya bisa menangis dan merintih.
Khoiriyah tak bisa berbuat banyak saat buat hati semata wayangnya itu divonis oleh dokter menderita penyakit lemah otak (cerebral palsy) dan penyakit ayan (epilepsy).
"Saat lahir dulu tanda-tanda penyakit itu tidak ada. Bahkan Bakri lahir normal dan sehat di bidan desa. Saat Bakri berusia sepuluh hari, badannya tiba-tiba panas kejang dan gejala kuning di kulitnya.
" kenang Khoiriyah.
Pada usia enam bulan, pasutri itu berusaha memeriksakan anak semata wayangnya itu. Hasil diagnose dokter atas rekam otak yang dilakukan, Bakri kecil mengidap lemah otak atau cerebral palsy serta penyakit ayan atau epilepsy.
Untuk biaya pengobatan Bakri,hanya bisa digantungkan pada ayahnya Samsul Arifin yang bekerja di bengkel motor.
"Kami tidak ingin apa-apa, ingin anak saya sembuh saja. Mudah-mudahan ada uluran tangan dari dermawan maupun pemerintah untuk membantu pengobatan itu," ucapnya.
(TOM)