Kisah Kesaktian Bura, Si Pitung Bercelurit dari Jember 

Bura dan monumen yang dibangun warga. (ist) Bura dan monumen yang dibangun warga. (ist)

CLICKS:Jika di Betawi ada Si Pitung yang kebal senjata tajam. Di Jember, Jawa Timur punya Bura. Kisah kesaktiannya  membuat Belanda pusing tujuh keliling. Siapa dia? 

Kisah kepahlawanan Bura membuat hati bergetar, meski namang terdengar asing. Pada masa penjajahan dulu, banyak pahlawan yang digambarkan sakti dan nyaris nggak tersentuh Belanda. Berbekal senjata sederhana, mereka berhasil mengungguli penjajah. Salah satunya, Bura. 


Sakti Mandraguna

Menurut cerita, golok hingga peluru tidak dapat melukai tubuhnya. Bura juga bisa dibilang master dalam bela diri. Saking jagonya, dia bisa menang meski dengan tangan kosong. Kehebatan inilah yang membuat Belanda merinding. Bura juga dikenal memakai senjata celurit untuk menghabisi Beladan. 

Dendam Belanda karena tidak bisa mengalahkan Bura benar-benar sangat dalam. Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang, Belanda masih mencari-cari jalan untuk kembali berkuasa. Salah satu orang yang paling dicari Belanda ketika kembali adalah Bura.

Belanda takut upayanya bisa gagal jika Bura masih hidup. Karena itu, mereka melancarkan berbagai cara untuk melenyapkan Bura. Tentunya dengan siasat yang paling licik.

Mereka menangkap ibunda Bura untuk mengungkapkan kelemahan dari sosok pahlawan tangguh itu agar dapat dihabisi. Bukan cuma itu, Belanda juga membayar pribumi untuk mendekati Bura dan menangkapnya.

Rupanya, siasat ini membuat Bura terpaksa menyerahkan diri. Sebagai seorang anak, dia nggak tega melihat ibunya ditangkap. Setelah Bura takluk, hukuman untuknya menanti. Belanda membakat Bura hidup-hidup hingga menjadi abu. 

 

Pahlawan Sejati

Sebelum menyerahkan diri kepada Belanda, Bura sempat memberikan wasiat pada keturunannya. Dia berpesan agar anak cucunya nggak meminta ‘gelar pahlawan’ kepada pemerintah. Lelaki ini mengatakan bahwa perjuangannya tulus dan murni.

Benar saja, anak cucu Bura nggak pernah meminta gelar tersebut pada pemerintah. Meski begitu, penduduk yang mengetahui perjuangan Bura membangun sebuah monumen tugu sebagai penghargaan sekaligus tempat untuk mendoakannya. Tugu tersebut berdiri di tempat Bura dibakar hidup-hidup.

Pada hari pahlawan dan hari kemerdekaan, biasanya banyak orang yang datang ke monumen untuk mendoakan Bura. Sosok pahlawan sejati yang tak pernah pamrih! 


(TOM)