SURABAYA : Sejumlah layar monitor berada di ruang kerja Akhmad Ghofarudin Kurniawan. Pemuda kelahiran Mojokerto ini nampak sibuk mengotak-atik sejumlah aplikasi yang ia kembangkan. Suami Martha Kurnia Prapisnindiyah ini membuat aplikasi untuk membantu pengusaha UMKM agar mampu bertahan di tengah pandemi.
Aplikasi yang ia namai JustApp.id tersebut merupakan platform untuk mempermudah masyarakat, khususnya pelaku UMKM untuk memiliki aplikasi sendiri. Tentunya, hal ini penting bagi para pelaku usaha agar mampu merambah ke digital market agar mampu bersaing dan bertahan di tengah pandemi seperti saat ini.
"Sebenarnya, sudah banyak UMKM yang ingin mencoba digital market ini, namun karena mungkin tahu caranya dan terkendala biaya, mereka jadi enggan," kata Iwan, begitu Kurniawan akrab dipanggil.
Padahal, aplikasi tersebut tidak semahal yang dibayangkan.
"Modal Rp100 ribu bisa punya aplikasi sendiri," imbuhnya.
Selain itu, Iwan membangun paltform JustApp itu dengan lebih simpel. Fitur yang yang disediakan juga relatif lengkap,sehingga mempermudah para pelaku UMKM membangun aplikasi yang dibuat. Masih bingung?, tenang Iwan juga membantu bagaimana aplikasi yang sudah dibuat bisa dimanfaatkan maksimal.
"Mungkin ini salah satu platform termurah. Sebab, sejak awal saya ingin membantu para pelaku UMKM agar go digital. Sehingga mereka bisa bersaing," terangnya.
Melalui JustApps, semua orang bisa mendesain aplikasinya sendiri, menentukan fitur yang ada di dalamnya, bahkan menentukan promo harga. Jenis aplikasinya beragam mulai kuliner, perhotelan dan pariwisata, online shop, jasa, dan lainnya.
Saat ini sudah ada sekitar seribu lebih user yang menggunakan platform yang dibuat. Rata-rata mereka adalah pelaku UMKM yang baru merambah didunia digital, dengan arahan yang diberikan Iwan, perlahan tapi pasti mereka mulai bisa memanfaatkan aplikasi itu untuk kelangsungan usaha mereka.
"Sebab mudah diakses dan pasarnya lebih luas, costumer bisa mendapatkan informasi produk lewat aplikasi tersebut. Alhamdulillah banyak yang terbantu," kata pemuda yang tinggal di Perum Grand Harvest, Balas Klumprik, Wiyung, Surabaya ini.
"Harapannya, pelaku UMKM bisa berkembang Karena sektor ekonomi kreatif berbasis kerakyatan bisa membantu pengembangan ekonomi daerah," tambahnya.
Meski masih muda, namun soal otak-atik aplikasi, Iwan tak kaleng-kaleng. Sebab, ia sudah terjun di dunia digital ini sejak tahun 2011, atau sudah menginjak sepuluh tahun berjalan. Bahkan pada usianya 15 tahun dia sudah membuat aplikasi live score bola.
"Itu aplikasi pertama yang saya buat. Bahkan saat itu dalam waktu singkat aplikasi itu sudah diunduh 4 jutaan orang," terangnya.
Saat itu, Iwan sudah menghasilkan pundi-pundi rupiah. Tak puas sampai di situ, ia pun terus menekuni hobinya itu. Hasil aplikasi itu, ia gunakan untuk membeli peralatan komputer yang lebih mumpuni.
Lalu mulai tahun 2014, ia mulai membuat aplikasi toko online versi android. Hanya saja saat itu, aplikasinya kurang populer lantaran banyak user di Indonesia masih pakai Blackberry, belum banyak iOS maupun Android.
"Online shop masih banyak diakses via website dan medsos, khususnya Facebook. Banyak jual beli barang second," kata Iwan sambil tersenyum.
Meski demikian, ia tak berkecil hati. Aplikasinya itu tetap dipertahankan hingga pada tahun 2017 aplikasinya meledak dan didownload puluhan ribu user.
"Saat itu memang lagi banyak-banyaknya produk android," imbuh ayah satu anak ini.
Menariknya, Iwan belajar mengoprek aplikasi ini secara otodidak.
"Ya hanya senang saja awalnya, di sekolah juga tak diajari karena memang backround sekolah saya juga tak menuntut hal itu," katanya.
Hanya saja dalam perjalanannya, Iwan bukan tak menemukan kendala. Niat ingin membantunya itu justru disalahgunakan. Pada tahun 2019 aplikasi kasir yang ia kembangkan untuk segmen UMKM tak betahan. Padhaal, di dalamnya ada fitur untuk permodalan tanpa jaminan.
"Aplikasi ini tidak saya lanjutkan karena kendala di pendanaan, banyak user yang tidak membayar," pungkas pemuda yang pernah gandrung dengan game Dota ini.
(ADI)