Masjid Jami Bahrul Ulum Jombang, Saksi Sejarah Perjuangan Kemerdekaan

Masjid Jami’ Bahrul Ulum di Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan Kota Jombang/metrotv Masjid Jami’ Bahrul Ulum di Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan Kota Jombang/metrotv

JOMBANG: Sebuah masjid di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, pernah menjadi saksi sejarah penyebaram islam dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1884 dan hingga saat ini masih berdiri kokoh.  
 
Masjid yang pernah menjadi saksi sejarah  penyebaran agama Islam dan perjuangan kemerdekaan ini bernama Masjid Jami’ Bahrul Ulum di Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan Kota Jombang.  Berdesain Jawa klasik berbentuk kotak dengan atap yang meruncing ke atas.  Hingga kini masih terlihat alami sejak dipugar pada tahun 1920 an.

“Ini kurang lebih sudah satu abad lebih kalau berdirinya. Pertama kali didirikan KH Chasbullah Said ayah dari KH Wahab Hasbullah. Di era KH Wahab ini, masjid direhab dibesarkan sekitar tahun 1920 an, " ujar KH Hasib Wahab, Pengasuh Ponpes Bahrul Ulum.

Masjid ini memiliki menara cukup besar dan menjulang setinggi 10 meter yang berada di belakang bangunan utama. Meski konon dibangun tanpa menggunakan besi sama sekali, menara masjid juga masih kokoh,

Selain masih tampak alami, beberapa pintu masjid ini juga masih seperti bangunan kuno bercorak Belanda. Uniknya, disela sela menara, juga terdapat tulisan empat huruf hijaiyah, yakni kha’, ro’, ta’, dan, miim’, atau dibaca khuruntaammiimm, yang dipakai sebagai merupakan isyaroh kemerdekaan.

Tulisan tangan itu digoreskan sang pendiri masjid, yakni KH. Hasbulloh Said, ayah kandung dari KH Wahab Hasbullah, yang dikenal sebagai pendiri Nahdhatul Ulama (NU).

BACA: Heboh Tarawih Kilat di Blitar, Tanggapan MUI Mengejutkan!

Menurut sejarah, masjid yang didirikan KH Hasbullah ini pernah menjadi tempat berkumpulnya pasukan perang kemerdekaan. Agresi militer Belanda dan Jepang, pernah membuat masjid ini dijadikan tempat persembunyian sekaligus tempat rapat menyusun strategi.

Bahkan, tak hanya tempat para pejuang, masjid ini juga menjadi saksi dari berkumpulnya para tokoh bangsa merumuskan kemerdekaan, seperti, KH. Wahab Hasbullah, KH. Hasyim Asyari, serta Presiden Soekarno.

"Kha’, ro’, ta’, dan, miim’ atau dibaca  hurruntammiimm, artinya merdeka yang sempurna. Itu ditulis begitu agar tidak terbaca oleh penjajah. Di sini perjuangan kemerdekaan sejak dulu sejak tahun 1914, mengadakan berbagai pergerakan melawan penjajah,” kenangnya.

Di usianya yang sudah melampaui negeri ini, masjid ini kini terus dijaga kelestariannya oleh para generasi dari keturunan KH. Wahab Chasbullah. Kini, masjid ini  juga dipakai sebagai pusat kegiatan pendidikan agama Islam dan beberapa diskusi mengenai persoalan kebangsaan. (end)

 


(TOM)

Berita Terkait