SURABAYA : Tahun ini penuh tantangan bagi sebagian pabrikan mobil di dunia. Selain pandemi covid-19, banyak perusahaan yang terganggu produksinya akibat krisis komponen chip semikonduktor. Bahkan, sampai ada yang menutup pabrik dan memangkas produksi lantaran kelangkaan komponen penting tersebut. Tak terkecuali pabrikan mobil besar Mercedes-Benz.
Dilansir dari Hindustan Times, Rabu 8 September 2021, CEO Daimler AG (induk Mercedes-Benz) Ola Kallenius telah memperingatkan kekurangan chip semikonduktor global bisa terjadi hingga 2023. Sebab itu, baru-baru ini pabrikan memangkas perkiraan penjualan tahunan untuk divisi mobilnya. Mereka memproyeksikan pengiriman kendaraan sejalan dengan 2020 dan tidak terjadi peningkatan.
Mercedes-Benz telah terpengaruh secara signifikan akibat kekurangan chip semikonduktor pada kuartal ini. Hal tersebut setelah pabriknya di Malaysia harus ditutup, merupakan pusat pengujian dan pengemasan chip. Bukan hanya Mercedes yang terkena dampak krisis chip. Pabrikan asal Amerika Serikat (AS), General Motors (GM) baru-baru ini mengumumkan mereka akan mengurangi produksi di sebagian besar pabriknya di Amerika Utara karena kekurangan chip.
BACA JUGA : Tesla Cybertruck Gagal Dirilis, 1 Juta Pemesan Kecewa
Perhitungan secara global banyak pabrikan mobil ternama yang mengalami masalah serupa dampak krisis chip, seperti Ford, Toyota dan Nissan telah mengumumkan pengurangan produksi atau penutupan pabrik karena krisis semikonduktor. Tak heran, krisis chip semikonduktor telah memukul banyak manufaktur baik itu mobil konvensional, listrik maupun mobil sport.
Apa itu semikonduktor?
Ya, semikonduktor adalah benda yang dapat menjadi konduktor atau insulator tergantung lingkungan di sekitarnya. Kemampuan semikonduktor seperti itu yang membuatnya tepat digunakan pembuatan peralatan elektronik seperti chip.
Mobil modern sangat tergantung pada chip, yang digunakan mulai dari sensor sabuk pengaman hingga sistem komputer mesin untuk membuatnya bisa lebih irit sampai atau fitur-fitur bantuan mengemudi seperti pengereman atau cruise control.
Ketergantungan pada chip juga semakin tinggi sebab sebagian besar arah pengembangan mobil saat ini mengarah ke pemakaian lebih banyak sistem komputer dan sensor.
Awal kelangkaan
Kelangkaan chip yang dibuat dari bahan semikonduktor dimulai saat industri otomotif terserang pandemi Covid-19. Sejumlah pabrikab terpaksa ditutup, entah karena diminta pemerintah, tindakan pencegahan penularan di kalangan pekerja, atau penyelamatan diri karena pembeli mobil berkurang drastis.
Saat permintaan mobil berkurang, pembelian laptop, konsol game, dan produk elektronik lainnya mencuat didorong gaya hidup baru masyarakat yang butuh hiburan saat menghabiskan waktu lebih banyak di rumah.
Pergerakan pembelian ini yang membuat chip untuk otomotif menjadi langka. IHS Markit mengungkapkan kebakaran pabrik chip di Jepang, yang terhitung sebagai pemasok 30 persen unit microcontroller untuk mobil di seluruh dunia, memperparah situasi.
Musim dingin di Texas beberapa waktu lalu juga memaksa Samsung Electronics Co Ltd, NXP Semiconductors, dan Infineon menutup sementara pabrik mereka. NXP dan Infineon adalah produsen chip otomotif skala besar.
(ADI)