SURABAYA : Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyerahkan beasiswa pendidikan bagi 850 Guru Madrasah Diniyah (Madin) di Jawa Timur. Total anggaran yang dialokasikan sebanyak Rp 11,3 miliar. Dengan rincian, untuk beasiswa guru diniyah mahasiswa S1 sebesar Rp 8,1 miliar. Sementara untuk mahasiswa S2 sebesar Rp 3,2 miliar.
“Hal ini berkaitan dengan kesempatan meningkatkan kompetensi akademik bagi para pendidik di Madrasah diniyah untuk memperoleh pendidikan di level perguruan tinggi,” kata Khofifah, Rabu 23 September 2020.
Menurut Khofifah, peningkatan kualifikasi pendidikan bagi para pendidik Madin akan sangat berpengaruh pada output pembentukan karakter santri. Dengan demikian, kualitas pendidikan melalui tenaga pendidik dan kependidikan harus terus ditingkatkan.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim ini berpesan, agar era digitalisasi dapat diseiringkan dengan sisi kemanusiaan yang tetap harus diperhatikan dalam menyikapi semua permasalahan, tidak semata-mata disandarkan pada teknologi informasi.
“Pandemi Covid-19 membuat banyak agenda dilakukan secara virtual yang memaksa kita memasuki era 4.0, tetapi kita tidak boleh diremote oleh digitalisasi, diremote oleh robot, diremote oleh artificial intelegence semata. Kitalah yang mengendalikan sistem informasi dan komunikasi agar sistem berjalan dengan tatanan norma dan nilai,” tandas Khofifah.
Di sisi lain, Khofifah meyakini bahwa pesantren dengan segala kultur dan sistem pendidikan didalamnya akan mampu menjawab dan bersaing di era globalisasi dan digitalisasi saat ini. Untuk itu, kualifikasi pendidikan bagi para pendidik madrasah diniyah memang dibutuhkan untuk menjawab tantangan tersebut.
Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Sosial Pemprov Jatim, Hudiyono menjelaskan sejumlah 870 guru diniyah telah mendaftar beasiswa Strata Satu maupun Strata Dua. Namun, pada akhirnya setelah dilakukan seleksi ada 850 orang yang berhasil mendapat beasiswa tersebut.
Hudiyono juga menyampaikan bahwa sesuai dengan permintaan dan melalui seleksi yang cukup ketat, tahun 2020 ini, sebagian besar dari jumlah beasiswa yang diberikan adalah untuk guru diniyah yang akan melanjutkan ke Strata Dua (S2).
“Ada kitab kuning, administratif, ketat sekali,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengambangan Pendidikan Diniyah (LPPD) Provinsi Jatim, A Hamid Syarrif mengungkapkan sesungguhnya ada program beasiswa guru diniyah yang dikonversi ke Universitas Al Azhar Kairo, Mesir.
Namun, karena pandemi covid-19, sehingga program tersebut harus ditunda. Diakui Hamid, sedianya program konversi pendidikan guru Diniyah ke Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini merupakan program tahun 2020.
“Kita sudah melakukan tes awal sebanyak 195 orang. Karena ada covid, kita tunda ke 2021,” ujarnya
(ADI)