SURABAYA : Tokoh PDIP Jatim Jagad Hariseno mencuat ke publik lantaran sikap politiknya yang dianggap membelot dari perintah partainya. Jagad pun siap dikenai sanksi jika keputusannya mendukung pasangan Machfud Arifin-Mujiaman.
"Saya siap disanski, Ini perjuangan saya kepada PDI Perjuangan dan kepada Ibu Megawati Soekarnoputri," terangnya.
Putra pertama Tokoh PDI Perjuangan Jawa Timur Ir. Sutjipto ini menyatakan, justru ketika partai mensaksi dirinya akan menjadi persoalan.
"Saya ini apa. Bukan siapa-siapa. Jabatan di Partai ndak punya. Paling KTA disita, dipotong. Tidak apa-apa, daftar lagi. Sampe gepeng saya tetap Banteng," terangnya,
Dia menegaskan saat ini posisi politiknya adalah melawan Risma dengan kepentingan politiknya. Menyoal keputusan rekomendasi yang diberikan kepada pasangan Eri-Armuji, bagi Mas Seno merupakan hak preogratif Ketua Umum PDI Perjuangan.
"Bagi saya selesai. Tidak masalah. Final menjadi keputusan partai," katanya.
Namun, ketika rekomendasi tersebut diajukan oleh Risma dinilai Seno terlalu dipaksakan dan terindikasi ada kepentingan politik yang kuat. Terlepas dari data survei maupun analisis politik terlihat dikesampingkan oleh Risma. Nama Whisnu dan Eri sebenarnya bisa digandengkan.
"Tapi saya melihat itu dikesampingkan oleh Risma," ujarnya.
Alumnus Teknik Elektro ITS Surabaya ini menerangkan, Risma patut diduga membangun kekuatan politik dimulai dari internal PDI Perjuangan Surabaya.
"Caranya dengan memulai memotong sejarah Pandegiling," ujarnya.
Dugaan awal dikatakan Seno sudah dimulai dari Whisnu Sakti dan barisannya.
"Ketika itu sudah dilakukan. Bahwa Surabaya sudah dikuasai. Lalu?. Tidak menutup kemungkinan eskalasi ini akan naik ke DPD. Karena di DPP, Risma sudah berhasil melakukan," katanya.
Dengan begitu, Seno merasa dirinya harus berhadapan dengan Risma untuk menyelamatkan sejarah, ideologi dan marwah partai.
"Sebagai barisan dibelakang Bu Mega saya wajib melakukan perlawanan ini," kata dia.
(ADI)