17 Daerah di Jatim Terancam La Nina, Khofifah Minta Waspada!

Ilustrasi Ilustrasi

SURABAYA: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem, bagi 17 kabupaten/kota di Jawa Timur. Peringatan dini itu seiring sebagian besar wilayah di Jatim, mulai diguyur hujan sejak 31 Oktober 2021.

"Secara umum daerah di Jatim sudah mulai awal musim hujan, dan diperkirakan puncaknya pada bulan November ini," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda, Teguh Tri Susanto, dikonfirmasi, Senin, 1 November 2021.

BACA: Lakukan Sebelum Terlambat! Ini Tata Cara Salat Taubat Nasuha

Adapun 17 daerah itu, yakni Kabupaten Malang, Probolinggo, dan Bondowoso, yang diprediksi mengalami cuaca ekstrem pada pagi hari. Lalu Mojokerto, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Kota Blitar, Kediri, Malang, Kota Batu, Pasuruan, Probolinggo, Jember, Bondowoso, dan Situbondo, diprediksi terjadi cuaca ekstrem siang dan sore hari.

Teguh mengimbau kepada masyarakat di 17 daerah itu, agar lebih berhati-hati dalam beraktivitas di luar rumah. Tujuannya untuk mewaspadai petir dan angin kencang saat musim hujan. "Waspadai hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang sesaat," katanya.

Pesan Gubernur Jatim

Di kesempatan terpisah, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mewanti-wanti seluruh kabupaten/kota di Jatim, menyiapkan rencana aksi mitigasi bencana jelang musim hujan. Tujuannya untuk meminimalisasi dampak kerugian dan korban saat bencana tiba.

"Fenomena La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan, yang mendorong peningkatan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. Sehingga kesiapan personel, alat dan sarana pendukung harus dipersiapkan sedini mungkin, agar tidak gagap jika sewaktu -waktu terjadi bencana," kata Khofifah, saat meninjau Bendungan Semantok di Desa Sambikerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Senin, 1 November 2021.

Khofifah mengatakan, kesiapsiagaan tidak hanya di level pemerintah daerah, masyarakat juga harus diedukasi sadar lingkungan sekitar memahami risiko bencana yang dihadapi. Menurutnya, gotong royong menjadi salah satu upaya meminimalisir risiko bencana.

"Masyarakat sekitar bisa bergotong royong melakukan normalisasi sederhana, menanam pohon disepanjang daerah aliran sungai, dan sebagainya. Dititik mana butuh support dari pemerintah, maka hal tersebut bisa dikomunikasikan," ujarnya.

Di Jatim, lanjut Khofifah, ada beberapa titik rawan terjadinya banjir yaitu Sungai Lamong Gresik, Sungai Kemuning Sampang, Sungai Welang dan Sungai Kedung Larangan di Pasuruan. Termasuk sungai yang memiliki intensitas banjir seperti Sungai Rejoso Pasuruan, Sungai Kening di Tuban dan anak-anak sungai di Madiun, aliran sungai Bengawan

"Titik-titik ini merupakan langganan banjir, yang artinya ada sesuatu yang harus kita lakukan antisipasi dan mitigasi, dengan hal-hal yang terkait kebutuhan konstruksi di beberapa area tersebut. Mayoritas penyebab banjir adalah tumpukan sampah di pintu-pintu air. Tolong kepada masyarakat jangan membuang sampah di sungai atau selokan,” katanya.

 


(TOM)

Berita Terkait