SURABAYA : Satgas Gakkum Operasi Aman Nusa II Polrestabes Surabaya akan melototi atau melakukan pengawasan di media sosial (medsos), menyusul informasi adanya upaya penipuan jual beli plasma konvalesen. Sebelumnya, PMI Jatim menerima informasi dan laporan korban penipuan jual beli plasma konvalesen melalui medsos dari Sidoarjo. Orang yang membutuhkan plasma konvalesen diminta untuk transfer uang. Namun setelah uang dikirim, tidak ada pendonornya.
"Kami yang tergabung dalam Satgas Gakkum Operasi Aman Nusa II akan memonitoring hal tersebut," ujar Kasatgas Gakkum Operasi Aman Nusa II Polrestabes Surabaya AKBP OKi Ahadian, Rabu 28 Juli 2021.
Oki yang juga menjabat sebagai Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya itu menambahkan, Satgas Gakkum juga fokus dalam penegakan hukum terkait masalah pidana yang berkaitan dengan penanganan pandemi covid-19. Selain itu, Oki mengimbau kepada masyarakat yang menemukan pelanggaran atau penipuan agar segera melaporkan.
"Jika ada yang menjadi korban silakan melaporkan. Akan kita proses," ujar Alumni Akpol Tahun 2003 tersebut.
BACA JUGA : Kejam, Tentara Israel Tembak Mati Bocah Palestina 12 Tahun di Samping Ayahnya
Sekretaris PMI Jatim, dr Edi Purwinarto berpesan kepada masyarakat yang membutuhkan plasma konvalesen, untuk langsung berhubungan dengan UDD PMI. Jangan langsung berhubungan dengan calon pendonor.
"Mohon maaf, terakhir ini ada informasi ternyata menjadi ajang bisnis. Inilah yang barangkali menyimpang dari misi kemanusiaan. Bahkan ada terjadi yang kita terima, ada penipuan sudah ditransfer terus kemudian pendonor tidak ada. Saya berharap pada masyarakat yang membutuhkan melalui RS terus ke UDD, biar aman," kata Edi.
Edi juga mengaku menerima pesan berisi brosur yang menawarkan plasma konvalensen. Harga yang ditawarkan pun fantastis, yaitu Rp 20 juta. "Tempo hari, saya juga membaca ada tawaran Rp 20 juta satu kantong PK (plasma konvalesen), ditawari lewat brosur. Tapi sudah saya hapus," ujarnya.
Modus penipuan terkait plasma konvalesen, Edi mengatakan, biasanya penipu memanfaatkan sosmed. Sebab, saat ini banyak yang membutuhkan plasma konvalesen bercerita di sosmed. Itu pun menjadi peluang untuk penipu.
"Ya itu, penipuan pendonor setelah ditransfer ternyata ga ada pendonornya. Itu lewat sosmed. Sekarang kan banyak di sosmed, bagi yang membutuhkan darah supaya menghubungi pendonor namanya ini. Lah ini oleh pihak tidak bertanggung jawab dimanfaatkan menjadi modus penipuan," jelasnya.
(ADI)