PASURUAN : Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur akan membangun shelter baru di asrama Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Rehabilitasi Sosial Bina Laras (RSBL) Grati, Kabupaten Pasuruan. Bangunan akan berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektare dengan kapasitas tampung 250 orang. Shelter itu untuk menampung ODGJ yang jumlahnya kian banyak.
Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jatim, Adhy Karyono mengatakan pembangunan shelter bagi ODGJ sangat penting. Keberadaan shelter memiliki tiga fungsi, yakni sebagai hunian sementara baik pra maupun pascarehabilitasi medik, wadah rehabilitasi sosial dan pusat edukasi masyarakat tentang kesehatan jiwa.
Dia menyebutkan, dari 30 Balai Sosial di Jatim, sebagian sudah waktunya direhab, salah satunya UPT RSBL Pasuruan. Kondisi bangunan tersebut sudah dimakan usia, kontur tanah rendah, dan saluran drainase tidak bagus menyebabkan banjir. Hal itu menjadi alasan utama untuk segera melakukan pembenahan di sisi infrastruktur.
"Otomatis akan menjadi atensi. Bangunan di atas lahan yang lebih tinggi agar tidak banjir dan bisa menampung jumlah pasien ODGJ lebih banyak lagi," tuturnya.
baca juga : Madiun Diterjang Puting Beliung, Ratusan Rumah Rusak hingga Hambat Perjalanan Kereta
Adhy mengatakan, UPT RSBL Pasuruan saat ini menampung 200 orang. Nantinya, apabila bangunan di belakang sudah selesai dibangun, maka daya tampung pasien akan bertambah. Hal ini mengingat, jumlah orang yang mengalami gangguan kejiwaan dan stress cukup banyak.
"Daftar antrean cukup banyak, sehingga kami bisa memberikan ruang yang lebih luas bisa dengan kapasitas sekitar 200-250 orang," katanya.
Rencana pembangunan shelter, kata dia, harus memperhatikan perencanaan yang baik dan memenuhi standar pelayanan dari rehabilitasi sosial secara nasional. Sebab, kata Adhy, bangunan baru tidak hanya untuk shelter, tetapi juga dilengkapi dengan fasilitas pelayanan rehabilitasi sosial dan administrasi.
"Seperti perkantoran, asrama, ruang isolasi dan ruang makan. Semua kebutuhan fasilitas pendukung akan disiapkan di kompleks yang baru.” ujarnya.
Selain pembangunan infrastruktur dan administrasi pelayanan sosial, Adhy menambahkan perlunya tambahan tenaga pendamping. Saat ini jumlahnya sebanyak 31 orang. Dari jumlah tersebut, ada 16 orang yang langsung melayani masyarakat.
"Jumlah tersebut masih kurang. Maka perlu diperhatikan juga perekrutan Sumber Daya Manusia (SDM). Bagaimana mewujudkan SDM yang mengalami masalah kejiwaan harus benar-benar profesional dan memahami pola-pola penanganannya," katanya.
Sementara itu Kepala UPT RSBL Pasuruan Juniandri Purnama menambahkan, bangunan lama dibangun pada tahun 1992. Jika tidak segera direnovasi, akan berpengaruh terhadap pelayanan serta kenyamanan penghuni, utamanya keselamatan pasien ODGJ.
"Jumlah penghuni RSBL Pasuruan sebanyak 200 orang yang terdiri atas 68 perempuan dan 132 laki-laki. Mereka dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kelompok berat, sedang dan ringan," tuturnya.
Dirinya berharap rencana rehabilitasi bangunan serta pembangunan di lahan sisa yang terletak di belakang gedung lama benar-benar terwujud. "Semoga rencana tersebut terwujud mengingat jumlah antrean pasien yang mengalami masalah kejiwaan cukup banyak," pungkasnya.
(ADI)