BLITAR : Sebagian warga Blitar terpaksa mengonsumsi telur cacat produksi atau telur benthesan. Pasalnya, harga telur melonjak tajam, sehingga mereka tidak membeli untuk menghemat anggaran rumah tangga. Berdasarkan pantauan di pasar, harga telur eceran kini mencapai Rp32.000 per kilogram. Harga ini jauh di atas harga telur benthesan yang hanya berkisar antara Rp20.000-Rp25.000 per kilogram.
"Hari ini banyak yang beralih ke telur benthesan, karena telur yang utuh mahal," tutur Susi salah seorang warga Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar Kamis 30 Desember 2021.
Telur benthesan untuk menyebut telur ayam yang cangkangnya rusak (Cacat produksi). Biasanya retak atau pecah kecil karena disebabkan hal tekhnis. Benturan antar telur saat proses pengambilan dari kandang menuju gudang penyimpanan salah satu penyebab telur yang semula utuh menjadi benthesan.
Kondisi itu juga dipengaruhi cangkang telur yang pada dasarnya memang lebih tipis dibanding telur lainnya. Di wilayah Blitar Raya, telur ayam cacat produksi juga memiliki pasarnya sendiri. Selain telur utuh, para peternak ayam juga menjual telur benthesan ke masyarakat. Sebab meski cangkangnya rusak, isi telur benthesan masih terjaga baik.
Baca Juga : Provinsi Jatim Bebas dari Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal
Sementara karena alasan lebih ekonomis, yakni saat ini Rp 20-25.000 per kilogram, sebagian warga memilih mengonsumi telur benthesan. Dari pantauan, mereka biasanya meninggalkan telur benthes saat harga telur utuh sedang jatuh.
"Lebih hemat dengan telur benthes. Lagipula isi telur benthes juga masih bagus," kata Susi.
Keterangan senada disampaikan para pedagang telur di Pasar Templek Kota Blitar, salah satunya Irma Ika. Dia mengatakan, karena harga telur ayam sedang melambung tinggi, banyak warga yang beralih membeli telur benthesan. Karena memang harganya lebih murah," katanya.
Irma bercerita, bahwa sudah empat hari ini harga telur ayam melonjak tinggi. Harga telur Rp32.000 per kilogram menurutnya harga jual paling tinggi selama tahun 2021. Penyebabnya klasik, yakni meningkatnya permintaan pasar yang tidak berimbang dengan jumlah stok telur ayam di kandang. Keadaan ini ditengarai pengaruh dari jelang tahun baru 2022.
"Hukum ekonomi pasar, permintaan meningkat sedangkan stok barangnya kurang," kata Irma.
Seperti data yang dihimpun, jumlah populasi ayam petelur di Kabupaten Blitar mencapai 16,8 juta ekor dengan produksi rata-rata 540 ton per hari. Stok produksi telur ayam mampu memenuhi 70 persen kebutuhan telur di wilayah Jawa Timur dan menyumbang 30 persen kebutuhan telur nasional. Peternakan ayam petelur Blitar tersebar hampir merata, di antaranya di wilayah Kecamatan Srengat, Ponggok, Kademangan, Wonodadi, Kanigoro dan Udanawu.
(ADI)