MALANG: Di saat masih banyak atlet di usia senja terlunta-lunta nasibnya lantaran tak memiliki pekerjaan, mantan petinju nasional asal Malang, Suwaji sukses menjadi peternak tikus putih. Seperti apa kisahnya?
Sempat beralih profesi beberapa kali termasuk satpam di sebuah perumahan elit di kawasan kota Malang, Suwaji akhirnya menambatkan hatinya berternak tikus putih, 13 tahun silam.
"Dulu sekadar coba-coba, dengan membeli 3 ekor indukan tikus putih. Masing-masing 1 pejantan dan 2 betina, " kenang mantan peringkat 1 kelas bulu nasional di era 80-an ini.
Tak membutuhkan waktu lama, tikus putih milik Suwaji berubah menjadi ribuan ekor. Namun Sempat kesulitan dalam pemasaran. Tak putus asa, Suwaji mencoba bergabung dengan sebuah komunitas pecinta reptil dan ular Kota Malang. Dari sinilah, pintu rejeki mulai terbuka.
"Awalnya satu dua orang pecinta reptil yang menjadi pelangganya, terus berkembang menjadi ratusan orang membutuhkan suplai tikus putih untuk memenuhi kebutuhan makanan hewan peliharaan mereka, " ujarnya.
BACA: Deddy Corbuzier Mengidap Badai Sitokin, Penyakit Apa Itu?
Usaha Suwaji semakin berkembang sejak dirinya berhasil menembus manajemen sebuah kebun komplek taman rekreasi keluarga dan kebun binatang di Kota Batu.
Setidaknya 700 ekor tikus putih wajib suwaji setor per 1 pekan. Jumlah tersebut di luar pemenuhan kebutuhan pakan masing-masing anggota komunitas ular dan reptil yang kini tersebar di sejumlah kota di Jawa Timur.
Tak hanya itu, tikus putih yang memiliki berbagai macam jenis dan ukuran ini juga diburu mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Farmasi sebagai objek praktek bedah di bangku kuliah atau bahan penelitian pengobatan penyakit menular pada manusia.
Sayangnya, turunnya kondisi kesehatan Suwaji enam bulan silam menyebabkan usahanya hancur dan terancam gulung tikar. Namun berkat semangat baja ala petarung dan dukungan keluarga serta para pekerja, peternakan tikus yang terletak di kawasan Sudimoro, Kota Malang bangkit lagi.
Saat ini Suwaji justru mengaku kuwalahan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Sementara harga jual tikus putih miliknya berkisar antara Rp 2.500 hingga puluhan ribu rupiah per ekor,
"Jumlah indukan dan pekerja menjadi kendala utama pengembangan usaha ini, " ujarnya.
Saat ini, Suwaji tengah mencoba membudidayakan tikus rumahan berbulu abu-abu yang banyak dijumpai di kawasan perumahan warga. Meski masih berlaku terbatas di pasaran, tikus jenis ini justru memiliki harga jual paling tinggi, hingga Rp 100 ribu per ekor.
"Tikus jenis rumahan ini lebih susah ditangkarkan dibandingkan tikus putih, " ucapnya.
(TOM)