LUMAJANG : Meski di tengah pandemi covid-19, warga keturunan suku Jawa-Madura masih tetap teguh melestarikan adat istiadat dan tradisinya. Salah satunya seperti tradisi sapar yang dilakukan oleh warga di RT 01 Kelurahan Ditotrunan, Lumajang. Tradisi sapar ini digelar dengan membuat kuliner tradisional yakni jenang sapar atau bubur sapar.
Dengan memakai pakaian adat Jawa-Madura, para ibu-ibu warga di RW 05, RT 01 Kelurahan Ditotrunan Lumajang ini, memasak salah satu kuliner nusantara yakni “jenang sapar” atau bubur sapar yang hanya dibuat di bulan sapar dalam kalender islam jawa. Dalam proses pembuatan kuliner nusantara ini, awalnya ibu-ibu rumah tangga ini menyiapkan berbagai bahan bakunya seperti tepung ketan, gula merah dan garam.
Bahan baku itu kemudian di buat adonan, sebelum akhirnya mencetaknya menjadi bola-bola kecil mirip kelereng. Setelah bulatan kecil selesai dibuat, kemudian dimasukkan ke dalam santan kelapa yang telah lebih dulu direbus hingga mendidih. Agar aromanya makin terasa para ibu rumah tangga ini menambahkan sehelai daun pandan sebagi bahan penambah aroma.
BACA JUGA : Batu Kepala Kala di Kediri Diteliti BPCB Jatim
Adonan itu pun di masak selama lebih dari 30 menit. Setelah dirasa sudah masak, barulah jenang sapar ini dituangkan ke wadah yang terbuat dari daun pisang. Untuk mempercantik dan menambah rasa, jenang sapar ini ditambahkan berbagai kue hingga buah pendukung seperti agar-agar, ketan hitam, santan kelapa hingga irisan buat nangka.
Pembuat kuliner jenang sapar Abriani Saraswati mengatakan jenang sapar sendiri merupakan salah satu kuliner tradisional nusantara yang banyak ditemukan di pulau Jawa – Madura. Bahkan, konon kuliner khas ini telah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan atau semasa kerajaan-kerajaan jawa islam berkuasa di Indonesia.
"Sebagian masyarakat muslim jawa mempercayai tradisi sapar dengan membuat jenang sapar ini sebagai bentuk syukur atas melimpahnya hasil bumi, terawatnya kedamaian, hingga dipercaya mampu menolak bala musibah," katanya.
Sebagai salah satu kuliner tradisional nusantara, jenang sapar ini memiliki cita rasa tradisional yang masih kuat. Terlebih ditambah dengan campuran di atas. Karena masih dalam masa pandemi, jenang sapar ini dibagikan ke rumah warga agar tak menibulkan kerumunan.
(ADI)