Polda Jatim Gulung 67 Preman Terminal dan Pelabuhan

Puluhan preman terminal dan pelabuhan diringkus jajaran Polda Jatim. (metrotv) Puluhan preman terminal dan pelabuhan diringkus jajaran Polda Jatim. (metrotv)

SURABAYA: Jajaran Jatrantas Ditreskrimum Polda Jawa Timur meringkus 67 preman terminal dan pelabuhan. Para preman ini ditangkap lantaran melakukan pemerasan dengan membawa senjata tajam.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Gatot Repli Handoko  mengatakan, sebanyak 67 orang pelaku premanisme  dengan melakukan pemalakan, pungutan liar hingga parkir liar.

"Dalam menjalankan aksinya para pelaku tak segan melakukan kekerasan serta menakut nakuti korban dengan senjata tajam, " ujar Gatot, Senin 14 Juni 2021.  

Dari temuan petugas, sejumlah preman juga membekali diri dengan tiket parkir palsu yang dicetak sendiri. Serta calo yang menaikkan harga tiket hingga 400 persen.

Dari tangan para tersangka, polisi mengamankan sejumlah barang bukti.  Diantaranya, tiket parkir palsu, kwitansi pembayaran pungutan, senjata tajam  serta uang hasil pemalakan dan pungutan liar Rp 9.597.000.

Sementara Direskrimum Polda Jatim Kombes Pol Totok Suharyanto  mengatakan, dari 67 tersangka yang diamankan, ada 27 tersangka dengan pelaporan polisi dan 40 tersangka tindak pidana ringan (tipiring).

Dari 27 tersangka dengan pelaporan polisi tersebut, 14 di antaranya merupakan laporan dengan model A. Artinya polisi yang membuat laporan tersebut.

"Kita sudah mengintruksikan kepada jajaran Kasat Reskrim sejak hari Jumat. Ada 67 tersangka yang diamankan jajaran. Bisa jadi jumlahnya akan bertambah," kata Totok.  

Ditambahkan Totok, sesuai instruksi Kapolri mengenai pemberantasan premanisme khususnya di pelabuhan, ternyata sudah diantisipasi para preman. Indikasinya, selama tiga hari melakukan pemantauan di pelabuhan, polisi hanya menemukan dua preman di pelabuhan.

Dalam kasus premanisme di pelabuhan sendiri, lanjutnya, polisi sebenarnya telah beberapa kali mendatangi para sopir yang sehari-harinya bekerja di sana. Dengan harapan para sopir ini bisa melaporkan jika ada  kasus pungli atau pemalakan di pelabuhan.

"Berkaitan dengan operasi, kita beberapa kali mendatangi dan menggalang para sopir di sana. Tapi persoalannya kan tetap, kekhawatiran atas kita. Meski kita sudah berupaya meyakinkan mereka, tapi kan mereka yang tiap hari ketemu (preman), kami bisa memahami posisi mereka," jelasnya.

Sementara ini, polisi mendapat informasi bahwa ada tiga kelompok preman di lokasi yang berbeda-beda di pelabuhan. Beberapa informasi yakni kasus pungutan liar saat parkir. Sedangkan pungli untuk mengangkut atau mengirim barang, Totok menegaskan pihaknya belum menemukannya.

"Sementara itu, lainnya belum ada. Memang ada informasi misal ada booking antrean, bayar. Tapi seperti angkat, kirim barang, belum kita
dapatkan," tegasnya.

 


(TOM)

Berita Terkait