SURABAYA: Pakar bidang Teknik Kelautan dan Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ikut angkat bicara terkait karanmnya Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang menelan korban 53 orang.
Dosen Teknik Kelautan ITS, Dr Ir Wisnu Wardhana MSc SE mengatakan semula kapal yang diproduksi di tahun 1980-an ini dirancang untuk bisa tenggelam pada kedalaman 300 meter.
Sementara di usia kapal yang memasuki 40 tahun ini, kemampuan menyelam kapal diperkirakan berkurang hingga 200 meter.
“Pada titik ini, kemampuan hidrolastik yang tidak lebih dari 20 bar dipaksa menerima tekanan empat kali lipat dari kemampuannya,” ujar Wisnu dilansir dari laman ITS, Rabu, 28 April 2021.
Secara teknis ia mengungkapkan, pressure hull atau daerah kedap di kapal selam merupakan area di mana tekanan bisa diatur, sehingga manusia dan berbagai alat teknis diletakkan ditempat tersebut.
Namun, menurutnya, pada proses terjun hingga kedalaman 833 meter (tempat kapal ditemukan), pressure hull kemungkinan mengalami kerusakan hingga akhirnya pecah.
“Kondisi tersebut yang menyebabkan kapal selam mati, hingga akhirnya terjun dan menabrak,” ungkapnya.
Untuk itu, sistem keamanan dan penyelamatan adalah substansi utama yang harus ditindaklanjuti. Sebagai upaya pencegahan di masa depan, ia menilai perawatan kapal perlu rutin dilakukan sesuai regulasi angkatan laut.
Sedangkan pada proses evakuasi, target utama yang harus diangkut adalah kru dan rongsokan kapal selam.
“Proses harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur operasi dengan sebaik mungkin dan hati-hati,” tegas Wisnu.
(TOM)