JAKARTA : Peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Peter Ben Embarek mengungkap teori baru soal asal usul covid-19 di Wuhan, China. Ada kemungkinan virus corona baru menginfeksi pasien nol dari seorang peneliti atau pekerja laboratorium Institut Virologi Wuhan yang kerap bersinggungan dengan kelelawr dalam pekerjaan mereka.
Ini merupakan pernyataan mengejutkan dari Ben Embarek, sosok yang terlibat langsung dalam penelitian di Wuhan pada awal Januari 2021. Padahal sebelumnya dia menentang teori soal kemungkinan virus berasal dari lab tersebut.
"Seorang karyawan yang terinfeksi di lapangan saat mengambil sampel, termasuk dalam salah satu hipotesis yang mungkin," kata Ben Embarek, dalam wawancara dengan TV2.
Dari situ, lanjut dia, virus melompat langsung dari kelelawar ke manusia. Menurut Ben Embarek besar kemungkinan virus melompak ke manusia yang pekerjaan mereka erat dengan kelelawar ketimbang warga biasa.
BACA JUGA : Begini Kondisi Terbaru Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Khofifah Minta Warga Jatim Ikut Doakan
"Jadi ini sebenarnya dalam kategori kemungkinan," ujar ilmuwan asal Denmark itu, seperti dilaporkan kembali The Sun, Kamis 12 Agustus 2021.
Dia mengakui tim tidak mendapatkan bukti langsung mengenai teori tersebut, namun ini bisa terjadi karena China tak mau terbuka soal data mentah di hari-hari awal pandemi yakni akhir Desember 2019.
"Kami tidak bisa melihat buku laboratorium atau dokumen langsung. Kami memang mendapat presentasi serta berbicara dan mengajukan pertanyaan tentang yang ingin kami ketahui, tapi kami tidak bisa melihat dokumentasi apa pun," ujarnya.
Institut Virologi Wuhan berjarak sekitar 500 meter dari temuan kasus pertama virus corona baru, yakni pasar seafood. Laporan penyelidikan awal tim peneliti WHO mengungkap, virus corona baru melompat ke manusia melalui perantara hewan lain, meskipun badan PBB itu masih terbuka dengan teori lain, termasuk kebocoran dari lab.
China berkali-kali membantah tuduhan yang mengaitkan asal usul covid-19 dengan laboratorium. Namun, seiring datangnya satu per satu bukti tidak langsung, desakan untuk digelarnya penyelidikan lanjutan semakin menguat, salah satunya dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
(ADI)