JAKARTA: Eks Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo membuat surat tulisan tangan pada Senin, 22 Agustus 2022. Isi surat itu adalah permintaan maaf pada pihak Polri.
Pada bagian perihal, tertulis permohonan maaf kepada Senior dan Rekan Perwira Tinggi, Perwira Menengah, Perwira Pertama, dan Rekan Bintara Polri.
Berikut isi lengkap surat Ferdy Sambo:
Rekan dan Senior yang saya hormati,
Dengan niat yang murni saya ingin menyampaikan rasa penyesalan dan permohonan maaf yang mendalam atas dampak yang muncul secara langsung pada jabatan yang senior dan rekan-rekan jalankan dalam Institusi Polri atas perbuatan yang telah saya lakukan.
Saya meminta maaf kepada Senior dan rekan-rekan semua, yang secara langsung merasakan akibatnya. Saya mohon permintaan maaf saya dapat diterima dan saya menyatakan siap untuk menjalankan setiap konsekuensi sesuai hukum yang berlaku.
Saya juga siap menerima tanggung jawab dan menanggung seluruh akibat hukum yang dilimpahkan kepada senior dan rekan-rekan yang terdampak.
Semoga kiranya, rasa penyesalan dan permohonan maaf ini dapat diterima dengan terbuka dan saya siap menjalani proses hukum ini dengan baik sehingga segera mendapatkan keputusan yang membawa rasa keadilan bagi semua pihak.
Terima kasih, semoga Tuhan senantiasa melindungi kita semua.
Hormat saya,
Ferdy Sambo, SH, SIK, MH
Inspektur Jenderal Polisi
Irjen Ferdy adalah otak pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. Dia memerintahkan ajudannya Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu (RE) atau E untuk menembak Brigadir J hingga tewas di rumah dinasnya Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat, 8 Juli 2022.
Polri menetapkan lima tersangka dalam kasus penembakan Brigadir J. Kelimanya ialah Irjen Ferdy Sambo; istri Sambo, Putri Candrawathi; Bharada E; Bripka Ricky Rizal (RR); dan Kuat Maruf (KM), yang merupakan asisten rumah tangga (ART) sekaligus sopir Putri.
Kelima tersangka dijerat Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana, Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, juncto Pasal 55 dan 56 KUHP. Dengan ancaman hukuman pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20 tahun.
(TOM)