Pamekasan: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan, Jawa Timur, mulai mendata desa-desa yang berpotensi mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih. Jatim mulai memasuki musim kemarau.

"Ini kami lakukan untuk memastikan sebagai persiapan dalam menyalurkan bantuan air bersih," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Pemkab Pamekasan, Akhmad Dhofir Rosidi dikutip dari Antara, Kamis, 20 Juni 2024.

Ia menjelaskan, berdasarkan laporan dari aparat desa, ada 83 dari total 178 desa di Kabupaten Pamekasan yang berpotensi kekeringan dan kekurangan air bersih.

Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 2023. Sebanyak 72 desa dilaporkan mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih.

"Jadi, ada penambahan 11 desa (yang kekeringan)," ucap Dhofir.

Selain itu, jumlah kecamatan yang terdampak juga meningkat dari sembilan menjadi 10 kecamatan.

"Tapi angka 83 desa yang dilaporkan berpotensi mengalami kekeringan itu masih dinamis, karena tim BPBD masih melakukan survei langsung ke lapangan," katanya.

Ada 2 jenis kekeringan

Menurut Dhofir, ada dua jenis kekeringan yang biasa terjadi di Pamekasan: kekeringan langka dan kekeringan kritis.

Kekeringan kritis terjadi jika kebutuhan air di dusun mencapai lebih dari 10 liter per orang per hari, dengan jarak tempuh untuk mendapatkan air bersih mencapai 3 kilometer atau lebih.

Sedangkan kekeringan langka terjadi jika kebutuhan air di dusun di bawah 10 liter per orang per hari, dengan jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air antara 0,5 hingga 3 kilometer.

Pada 2023, jumlah desa yang mengalami kekeringan langka sebanyak 47 desa. Sisanya mengalami kekeringan kritis.

"Kalau tahun ini kami belum bisa menentukan karena pendataan oleh tim masih berlangsung," kata dia.

(SUR)