100 Juta Vaksin Ditimbun Terancam Kadaluarsa, Negara-Negara Kaya Pusing Menyalurkannya

Ilustrasi / Medcom.id Ilustrasi / Medcom.id

JAKARTA : Perusahaan informasi dan analitik ilmiah, Airfinity menemukan data 100 juta vaksin covid-19 ditimbun negara-negara kaya. Temuan ini mendorong pemerintah Inggris meminta Amerika Serikat (AS) memikirkan bagaimana solusi penyalurkan vaksin tersebut.

"KTT vaksin yang diselenggarakan Presiden Amerika Serikat Joe Biden harus menghasilkan rencana mentransfer 100 juta vaksin yang ada di negara-negara kaya untuk disalurkan ke negara-negara miskin sebelum vaksin kedaluwarsa," kata mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.

Dia mengatakan, dirinya sudah mengirimkan pesan harapan ini ke Joe Biden dan pemimpin penelitian Airfinity yang menemukan data terkait 100 juta dosis vaksin tertimbun di negara-negara kaya di belahan bumi utara. "Vaksin itu kadaluwarsa Desember mendatang dan berisiko tak terpakai dengan sia-sia," ujarnya.

Negara-negara di Afrika diketahui sangat butuh vaksin covid-19. Menurut data Reuters, Afrika baru kebagian 2 persen dari 5,7 miliar dosis vaksin yang ada di seluruh dunia. Sangat kecil angkanya dan ini berisiko membuat negara itu mengalami kesulitan penanganan pandemi akibat stok vaksin yang sangat sedikit.

"Kami membutuhkan rencana untuk mendistribusikan vaksin dengan cepat. Ini akan menjadi tragedi politik yang mendalam dan melibatkan banyak pihak jika KTT tersebut melewatkan kesempatan untuk bertindak menyebarkan vaksin segera ke negara-negara miskin," katanya.

Brown meminta para pemimpin untuk memutuskan apakah negara harus menukar kontrak pengiriman, bagaimana hambatan regulasi untuk ekspor vaksin dapat diatasi dan siapa yang akan menanggung biaya penggunaan vaksin yang ditimbun. Airfinity memperkirakan jika negara-negara kaya tidak segera mendistribuskkan stok vaksin akan ada 100 juta kasus covid-19 pada musim panas mendatang.

Itu akan ada kasus kematian akibat pasien kekurangan ventilator dan oksigen. Diketahui, pasien covid-19 yang belum divaksin sangat berisiko mengalami gejala covid-19 parah. Itu artinya pasien membutuhkan ventilator dan oksigen


(ADI)

Berita Terkait