Fenomena Crazy Rich, Moeldoko : Ingin Cepat Kaya Tapi Rugikan Orang Lain

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Foto / Istimewa) Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (Foto / Istimewa)
MALANG : Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyentil fenomena crazy rich yang belakangan marak di Indonesia. Dia menyebut banyak di antara mereka yang cenderung ingin cepat kaya, namun dilakukan dengan cara yang tidak benar. Pernyataan itu disampaikan Moeldoko di hadapan mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Rabu 23 Maret 2022.

Dia menyubutkan, saat ini banyak anak muda yang ingin kaya secara instan. Tetapi tidak peduli langkahnya itu merugikan orang lain. "Anak muda sekarang cenderung ingin instan hedonisnya luar biasa. Tidak peduli itu merugikan orang lain. Pilihannya antara kaya dan penjara," katanya.

Karenanya, anak muda saat ini perlu diajarkan bagaimana cara menghasilkan karya. Mereka juga harus didorong semangatnya untuk memberikan yang terbaik, di tengah kemudahan akses informasi yang didapat masyarakat.

Pria kelahiran Kediri lantas menekankan pentingnya pendidikan berkarakter kepada generasi muda, agar mengedepankan kredibilitas dan integritas. Tak ketinggalan Moeldoko menyatakan, perlu adanya pembelajaran yang tangguh kepada setiap generasi muda.

Baca juga : Aktivitas Gunung Semeru Meningkat, Sehari 12 Kali Letusan

"Perguruan tinggi jadi pilihan yang dapat membangun karakter. Maka karakternya harus kuat, jangan sampai pemuda Indonesia jadi generasi stroberi generasi yang lembek. Harus jadi generasi yang kuat, karena tantangan masa depan yang yang," tuturnya.

Menurutnya, berkaca pada pandemi covid-19 yang terjadi selama tiga tahun terakhir tak ada yang menyangka tatanan sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan yang berubah. Maka generasi muda utamanya mahasiswa perlu menjadi orang-orang yang siap menghadapi segala resiko dan perubahan dengan cukup cepat.

"Covid-19 membawa perubahan luar biasa, kompleksity (kompleksitas) bukan hanya kesehatan, tapi semuanya sosial budaya. Surprise tidak ada satu pun negara yang siap menghadapi ini, termasuk Amerika dan negara-negara maju Eropa. Di tengah-tengah perkembangan yang diperlukan bangsa yang memiliki karakter kuat dan inovasi-inovasi, pilihannya inovasi atau mati," katanya.


(ADI)

Berita Terkait