SURABAYA : Kasus covid-19 varian Omicron di Jawa Timur tercatat ada 8 kasus. Hal itu terdeteksi melalui hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) dari Institut of Tropical Disease (ITS) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Dari delapan orang tersebut, tiga pasien Omicron di antaranya anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Satu kasus terdeteksi di Kabupaten Malang, tepatnya warga berinisial LI (29) yang beralamatkan di Jalan Segaran IV RT 2 RW 1 Karanglo, Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Diduga pasien tersebut tertular covid-19 Omicron dari suaminya yang bekerja di Surabaya.
Menyikapi kasus Omicron, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta kepala daerah untuk tidak menutup-nutupi bila ada kasus Omicron di daerahnya. Sebab nantinya bila terdeteksi, akan dilakukan langkah protektif dan pencegahan. Namun Khofifah juga meminta seluruh pihak tidak terlalu melebih-lebihkan dan membuat seolah-olah situasi begitu gawat.
Baca Juga : Khofifah Minta Laboratorium Pendeteksi Omricon Ditambah
"Apa yang sebetulnya tidak gawat, jangan digawat-gawatkan. Tapi kalau ada kasus terjadi jangan ditutup-tutupi. Tapi, jangan kemudian mengesankan ini sebuah yang gawat, seram, saya rasa tidak begitu posisinya. Tapi harus dengan kewaspadaan yang sistemik, programatik, harus kita lakukan. Jadi posisi varian omicron ini kita sebetulnya sudah melakukan antisipasi mulai November lalu," kata Khofifah.
Oleh karena itu, mantan menteri sosial meminta seluruh kepala daerah di Jatim tak hanya daerah-daerah yang sudah terdeteksi Omicron saja untuk bersiaga. "Ini bagian yang harus kita lakukan, kewaspadaan dengan berbagai perencanaan strategis. Satu bahwa isoter tetap harus dihidupkan dengan berbagai perangkat. Kalau dulu ada relawan di isoter, nakes di isoter, bahkan kalau ada oksigen konsentrator tetap semua disiagakan," kata dia.
Khofifah menekankan pentingnya percepatan vaksinasi covid-19 demi mencegah penyebaran varian Omicron. Berkaca pada tingginya kasus covid-19 di bulan Mei - Juli 2021 lalu, proses vaksinasi covid-19 belum sepenuhnya berjalan masif yang membuat ketahanan kesehatan masyarakat juga belum terbentuk.
"Jika vaksinasi maksimal, dari berbagai diskusi, saya dengan dr Kohar, kita diskusi dari grup WA apa yang sebetulnya harus dilakukan, dari berbagai antisipasi yang memang berangkat deri fenomena tahun lalu, ketika bulan Juli terjadi lonjakan eksponensial di Jawa Timur, bedanya Juni dan Juli lalu, belum ada vaksinasi," pungkasnya.
(ADI)