LUMAJANG : Erupsi Gunung Semeru menghancurkan semua yang dilintasi. Tak hanya pemukiman warga, tetapi jembatan yang menjadi akses masyarakat juga tak luput diterjang. Salah satunya, jembatan bersejarah warga Lumajang, Gladak Perak.
Jembatan Gladak Perak merupakan jalanan akses utama antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Jembatan Gladak Perak ini ternyata memiliki sejarah panjang. Jembatan ini salah satu peninggalan sejarah dari kolonial Belanda, menjadi saksi bisu terjadinya Agresi Militer Belanda I.
Gladak Perak memiliki dua jembatan, satu jembatan lama yang sudah tidak difungsikan dan satu jembatan baru yang kerap digunakan sebagai lalu lintas. Keduanya terletak di atas Sungai Besuk Sat, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Sebelum dibangun dengan konstruksi besi, Belanda telah membangun jembatan gantung sebagai akses transportasi kala itu. Namun, karena tingkat keamanannya yang kurang baik, pemerintah kolonial memutuskan untuk membangun jembatan Gladak Perak tersebut dengan lebar sekitar 4 meter dan panjang 100 meter. Dikutip dari Visit Lumajang, jembatan ini dibangun untuk melancarkan akses agresi militer Belanda pada 21 Juli 1947. Melalui jembatan ini, para kolonial Belanda memasok logistik makanan dari Lumajang.
Baca Juga : Ini 5 Kawasan di Gunung Semeru yang Dinilai Angker oleh Para Pendaki
Keberadaan jembatan tersebut membuat tentara Indonesia di daerah Lumajang terancam. Mereka pun terpaksa harus mundur kala itu. Akhirnya, demi memutus akses para tentara kolonial yang akan melakukan penyerangan, pejuang Indonesia meledakkan jembatan Gladak Perak tersebut.
Pada 1952, kondisi Indonesia sudah mulai pulih. Jembatan Gladak Perak pun akhirnya kembali dibangun dan digunakan sebagai akses penghubung. Namun melihat jembatan tersebut sudah sangat tua, pemerintah Indonesia memutuskan untuk membangun jembatan baru sebagai akses utama yang berada di sisi selatan jembatan lama.
Jembatan Gladak Perak baru dibangun pada 1998 dengan pondasi beton bertulang yang memiliki panjang mencapai 130 meter. Jembatan itu terkenal sangat kokoh dan kerap dilalui ratusan kendaraan setiap harinya. Sementara itu, jembatan Gladak Perak lama yang dibangun kolonial Belanda sudah tidak difungsikan lagi. Jembatan tersebut telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah.
Banyak para wisatawan yang datang menjadikan jembatan Gladak Perak lama sebagai spot foto mereka. Latar belakang sungai dan bukit yang indah memang terlihat jelas di sana. Namun sayangnya, erupsi Gunung Semeru menyebabkan jembatan Gladak Perak kembali hancur akibat diterjang lahar dingin. Terputusnya jembatan Gladak baru dan lama membuat jalur lintas selatan Lumajang-Malang tidak bisa dilalui. Kini, semua kendaraan telah dialihkan melalui Kabupaten Probolinggo.
(ADI)