Berkah Musim Hujan, Warga Panen Cacing Sutra

Cacing sutra menjadi salah satu penghasilan tambahan warga Malang di awal musim hujan (Foto / Metro TV) Cacing sutra menjadi salah satu penghasilan tambahan warga Malang di awal musim hujan (Foto / Metro TV)
MALANG : Musim penghujan membawa keberkahan bagi para pemburu cacing sutra di dasar aliran sungai irigasi. Sebab, di musim ini mereka bisa panen cacing sutra ungtuk dijual.  

Di rolak kampung Kedungkandang, Kota Malang inilah aksi berburu cacing sutra dilakukan oleh sekelompok warga lokal. Setiap hari, tak kurang dari 25 orang pria berusia 20 hingga 45 tahun berenang dan menyelam di saluran irigasi sekaligus pencegah banjir ini.

Tanpa dilengkapi peralatan memadai, mereka berenang di tengah aliran air yang tenang. Di titik tertentu, terutama di lokasi dengan endapan lumpur tebal.  Mereka terpaksa menyelam bertaruh nyawa demi mendapatkan cacing sutra.

Di setiap sesi, para pemburu masuk ke dalam air antara 1 hingga 2 jam bergantung pengalaman yang dimiliki.  Tak banyak peralatan yang diperlukan dalam berburu cacing sutra tersebut, hanya ember plastik dan 1 jala ikan berlubang sempit.

Biasanya, para pemburu bakal naik ke permukaan air jika ember plastik sudah penuh dengan cacing sutra. Nantinya, cacing tersebut mereka jual kepada peternak atau pehobi ikan hias yang kini sedang trend dikalangan anak muda mulai dari ikan guppy hingga cupang.

Hanya saja, hasil panenan ini belum dapat dijual langsung ke konsumen. Cacing sutra tersebut harus menjalani sejumlah tahapan penting. Selama 2 jam, cacing sutra dituang ke sebuah kolam dangkal berisi lembaran daun dan teraliri air tanpa henti.

"Fungsinya memisahkan cacing dari lumpur yang menyertai saat panen. Proses ini harus diulang beberapa kali hingga endapan lumpur hilang dari kolam dan warna cacing sutra berubah merah cerah," kata Rochmad, pemburu cacing sutra.

Menurutnya, dalam 1 tahun, 7 hingga 8 bulan antara masa awal musim kemarau hingga bulan kedua musim penghujan merupakan waktu utama berburu cacing sutra. Tahun ini, bulan November menjadi puncak panen cacing sutra.

"Selain itu, sejak pertengahan tahun 2020 kemarin permintaan pasar terhadap cacing sutra meningkat tajam. Tepatnya sejak muncul tren memelihara ikan guppy dan cupang terjadi di kalangan masyarakat," terangnya.

Tak jarang, para pemburu harus menolak tingginya permintaan peternak dan pehobi ikan hias karena alasan tenaga manusia dan peralatan.

Menurut Rochmad, selain memenuhi permintaan lokal kota Malang dan sekitarnya. Cacing sutra hasil perburuan di habitat aslinya ini juga diminati peternak ikan hias Tulungagung, Trenggalek, Blitar dan kota lainnya di Jawa Timur.

Meski tidak berlangsung selama 1 tahun penuh, perburuan tersebut tetap memberikan tambahan uang bagi pemenuhan hidup keluarga. Biasanya, aksi tersebut terhenti total saat memasuki puncak musim penghujan.

pasalnya tingginya debit dan derasnya aliran air di lokasi perburuan, secara otomatis menghanyutkan endapan lumpur termasuk cacing sutra yang hidup di dalamnya.


(ADI)

Berita Terkait